TANGERANG, KOMPAS.com - Salah satu kekeliruan yang biasanya dilakukan oleh konsumen pemula, saat hendak melakukan modifikasi audio mobil.
Kekeliruan tersebut yakni terlalu fokus dengan merek-merek ternama asal luar negeri, seperti Sony, Jabra, Bang and Olufsen, dan yang paling sering adalah James Bullough Lansing (JBL).
Merek-merek tersebut memang merupakan produsen kenamaan, tapi keunggulannya hanya di sektor audio portabel saja seperti bluetooth speaker atau headphone, bukan di audio mobil.
Tedy Junaidi, Owner Bengkel Spesialis Audio Niki Motor Tangerang, mengaku sering menjumpai pelanggan tanpa pengetahuan cukup, yang meminta merek-merek tersebut.
“Karena taunya cuma merek-merek itu saja, jadi itu yang diminta. Kadang harus dijelasin dulu (ke konsumen), kalau (merek) terkenal itu enggak melulu bagus,” ucapnya kepada Kompas.com di Tangerang, Rabu (15/11/2023).
Tedy sendiri mengaku tidak menyetok beberapa merek audio terkenal karena beberapa faktor utama, seperti banderolnya terlalu mahal dan tidak sesuai dengan kualitasnya, dan setingannya kurang baik.
“Banyak itu (merek audio) yang mahal di nama doang. Jangan ketipu,” kata pria yang sudah menggeluti dunia audio mobil sejak tahun 2000-an itu.
Menyoal banderol, Tedy mengungkapkan jika masih ada banyak produk-produk aftermarket ‘underground’, alias tidak terlalu terkenal namun harganya jauh lebih murah dan kualitasnya sangat baik.
Selisih harga antara merek terkenal dan underground juga terpaut cukup jauh, bahkan bisa sebesar dua kali lipat. Mulai dari jutaan rupiah sampai belasan juta rupiah.
“Kemahalan harganya. Tapi kalau customor memang udah maunya itu, ya akan tetap kami layani. Biasanya memang sudah punya, jadi (ke bengkel) cuma minta pasang saja,” ucap Tedy.
Bicara mengenai teknis, merek-merek terkenal umumnya hanya memiliki signature sound, alias setingan suara khusus yang sulit diubah. Hal ini diklaim bisa cukup merepotkan saat proses tuning audio mobil.
Sebagai contoh, peranti audio JBL pasti berfokus pada karakter bass saja, sehingga kejernihan dan kecerahan suara bisa terpendam. Tidak cocok bagi konsumen yang menyukai musik-musik akustik atau instrumental.
“Kalau produknya bisa dituning, pasti bakal enak. Soalnya nanti diaturin, settingan seperti apa yang cocok buat konsumen. Mau dangdutan bisa, mau akustikan bisa juga,” ucap Tedy.
Sebagai anjuran bagi konsumen pemula yang hendak memodifikasi audio mobil, Tedy menyarankan supaya menyesuaikan bujet dahulu, dan berkonsultasi dengan mekanik bengkel spesialis.
Bengkel audio profesional juga biasanya sudah memiliki beberapa sampel modifikasi yang bisa dicoba, jadi konsumen bisa memiliki gambaran soal kualitas suara akhir yang bisa didapatkan.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/11/16/131200215/jangan-tergoda-merek-terkenal-saat-modifikasi-audio-mobil