TANGERANG, KOMPAS.com - Saat memproduksi motor listrik dengan target tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) tinggi, produsen mengaku cukup kesulitan mencari komponen sel baterai.
Pasalnya, cukup banyak produsen motor listrik yang menyebut jika sel baterai belum bisa diproduksi secara lokal. Kondisi ini dinilai cukup merepotkan, dan solusi satu-satunya adalah dengan mengimpor dari luar negeri.
Edwin Dhamaputra, Lead Designer and Research Head Dhelvic, merek motor listrik lokal asal Surabaya, menjelaskan, produksi sel baterai di Indonesia memang dirasa masih sedikit.
“Kalaupun ada yang bikin (sel baterai) itu skalanya buat produksi besar, skala industri, dan kita (produsen) juga enggak bisa order pesanan spek khusus,” ucapnya kepada Kompas.com di Tangerang, pekan lalu.
Motor listrik buatan Dhelvic sendiri menggunakan baterai khusus, bukan berjenis lithium-ion atau SLA, tapi lithium ferro phosphate (LifePO4).
Edwin mengakui jika dirinya bermitra dengan perusahaan produsen baterai dari China, untuk memproduksi baterai yang spesifik bagi motor listrik miliknya.
“Yang produksi mereka, tapi blueprint buat baterainya kita yang pegang. Jadi mereka bisa terima orderan,” ucapnya.
Kendati demikian, Edwin tetap mengkulik sel baterai impor tersebut, dengan lanjut membuat battery pack sebagai wadah. Komponen ini adalah gabungan dari baterai, wadah, kelistrikan, dan sistem elektronik.
“Digabung pakai BMS (battery management system) buatan kami sendiri, jadi walaupun selnya impor, baterai utuh dan berfungsi itu buatan kami,” ucapnya.
Penjelasan senada juga disampaikan oleh Garry Taifan, COO PT Garda Energi Nasional Indonesia selaku produsen motor listrik Savart. Menurutnya, sel baterai buatan lokal memang masih sulit dijumpai.
Persoalan racikan performa dan kapasitas yang spesifik juga menjadi tantangan. Menurutnya, pabrik baterai lokal di Indonesia belum bisa melakukan kustomisasi, dan kualitasnya belum sebaik buatan luar negeri.
“Kita enggak mau mengorbankan kualitas. Bisa saja ambil sel baterai yang enggak sesuai harapan di awal, tapi otomatis, motor kita jadi kurang performanya,” kata dia.
Walaupun sel baterai dianggap masih cukup langka di Indonesia, Garry mengaku jika komponen-komponen lainnya sudah banyak yang lokal.
Situasi ini dianggap sebagai titik terang, karena selain bisa memenuhi standar TKDN, proses hilirisasinya pun akan jauh lebih mudah.
“Kalau komponennya model pelek, rangka, yang besi-besi itu, sudah banyak sekali yang bisa produksi lokal,” kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/11/04/134200015/produsen-sebut-sel-baterai-motor-listrik-masih-sulit-diproduksi-lokal