JAKARTA, KOMPAS.com - Penikmat mobil listrik murah dengan banderol terjangkau mulai meningkat. Penjualan di segmen ini juga didominasi oleh pabrikan asal China.
Kondisi ini dinilai cukup wajar, menimbang pasar mobil listrik di Indonesia sejauh ini baru memiliki 3 kelas, yakni entry level alias murah, menengah, dan premium.
Menanggapi kondisi ini, Morris Garage (MG) sebagai pabrikan yang berfokus pada mobil listrik di kelas menengah, mengaku tidak ambil pusing.
Arief Syarifuddin, Marketing and PR Director MG Motors mengatakan, adanya ketimpangan di satu kelas mobil listrik bisa dianggap sebagai proses adaptasi konsumen Indonesia, untuk beralih dari kendaraan BBM ke listrik.
“Konsep kendaraan listrik bisa dikatakan masih ‘muda’ di Indonesia, walaupun pasarnya sudah tersedia, konsumen tentu masih perlu beradaptasi,” ucapnya kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (11/10/2023).
Kendati demikian, Arief mengaku optimistis dan memprediksi adaptasi konsumen Indonesia terhadap kendaraan listrik akan sangat cepat.
Menurutnya, konsumen yang pada awalnya hanya berfokus pada harga murah saja, akan berkembang menjadi lebih kritis dan mulai mempertimbangkan poin-poin vital lainnya.
“Di sinilah standing point kami (MG) yang berfokus pada mobil listrik proper dengan beragam fitur dan teknologi yang lengkap,” kata dia.
Ketika ditanya soal mungkin atau tidaknya MG akan ikut bersaing di segmen mobil listrik murah, Arief mengatakan jika hal itu berpotensi terjadi.
Namun dia menegaskan, MG tidak berencana memproduksi mobil listrik murah, melainkan mobil listrik terjangkau. Kedua hal ini diniai berbeda.
“Kalau sekedar murah, berarti fokus utamanya cuma pangkas harga sampai serendah-rendahnya, that’s it. Kami fokusnya pada mobil listrik terjangkau. Artinya, tidak akan ada pengorbanan fitur dan teknologi, namun harganya akan sangat disesuaikan untuk konsumen,” kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/10/11/190037615/mobil-listrik-murah-semakin-banyak-mg-mengaku-tidak-khawatir