Kendati aksi dari pungutan liar atau pungli merupakan tindakan yang tidak dibenarkan dan dianggap melawan hukum, tradisi ini seperti rahasia umum di mata masyarakat. Apalagi, sopir truk antarkota juga punya tradisi untuk sengaja menyisihkan uang untuk aksi pungli di jalan umum.
Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jateng-DIY Bambang Widjanarko mengatakan, terkadang pandangan sopir truk akan fenomena ini sedikit berbeda sehingga mereka akan menyiapkan dana untuk para pungli selama perjalanan.
“Sopir itu tidak pernah marah karena ada pemahaman dari mereka kalau mereka hidup di jalan itu penuh risiko. Pekerjaan menyetir adalah pekerjaan penuh risiko. Karena hidupnya selalu di jalan dan jauh dari keluarga. Maka, mereka selalu sering sawer dengan maksud untuk bagi-bagi rezeki supaya lebih aman. Itu ada keyakinan seperti itu,” kata Bambang.
Bambang menjelaskan, pengusaha seperti dirinya biasanya akan memakai jasa sopir truk itu sebagai mitra. Misalnya, ada muatan dari Jakarta ke Surabaya keluar ongkos Rp 5 juta.
Nantinya dana tersebut akan bagi hasil, yakni Rp 2,5 juta untuk pengusaha dan Rp 2,5 juta sopir truk. Dari hasil yang diperoleh sopir, dia sudah menyisihkan dana untuk jatah pungli sebagai hasil sawer.
“Saya menanggung seluruh kredit dan harga ban truk, si sopir akan menanggung BBM dan biaya tol. Kalau tidak lewat tol akan menanggung biaya juga yang dalam tanda kutip itu banyak pungli di jalanan,” kata Bambang.
Menurut Bambang, sopir truk adalah makhluk yang paling dermawan karena paling sosial. Sebab, saat dimintai sumbangan, mereka pasti akan memberi selama nominalnya tidak banyak-banyak dan tidak ada intimidasi.
"Sementara itu, kalau sopir truk dalam kota, misalnya seperti kejadian di Pasar Tanah Abang belum lama ini, yang melakukan pemalakan biasanya oleh tukang parkir liar atau tukang kuli bongkar muat dan sebagainya," kata Bambang.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/09/26/082200915/tradisi-sopir-truk-antarkota-menyiapkan-dana-pungli-di-jalan-umum