KLATEN, KOMPAS.com - Nissan Grand Livina generasi kedua banyak dicari masyarakat lantaran desain serta ketangguhannya. Meski demikian, mobil ini tetap memiliki penyakit umum yang perlu diketahui sebelum membelinya.
Nissan Grand Livina generasi kedua dengan kode bodi L11 ini diluncurkan pada pertengahan 2013 dengan ubahan yang signifikan dari generasi sebelumnya. Ada dua pilihan yakni Grand Livina dan Grand Livina X-Gear.
Mesin yang digunakan masih menggunakan HR15DE dengan penyempurnaan berupa dual VTC dan dual injektor. Pada mesin ini, exhaust gas recirculation (EGR) tidak lagi digunakan. Namun, untuk menjaga efisiensi transmisi matiknya berubah menjadi jenis CVT.
Rofiq Zunarto, Pemilik Kebat Motor Spesialis Nissan & Datsun, mengatakan, jumlah Nissan Grand Livina generasi kedua juga banyak karena desain dan spesifikasi mesinnya menarik.
“Mesin HR15DE yang menghasilkan tekanan kompresi tinggi, sehingga akan optimal ketika menggunakan bensin berkualitas minimal RON 92, bentuk eksteriornya juga bagus masih mirip generasi sebelumnya” ucap Rofiq kepada Kompas.com, Senin (28/8/2023).
Rofiq mengatakan sebelum membeli mobil keluarga ini, konsumen perlu memahami karakternya sehingga bisa mendapatkan unit yang baik.
Setelah mengenali karakternya, harapan ke depan konsumen akan bisa menjaga performa serta durabilitas mesin sehingga nyaman dalam penggunaan.
“Selain jenis BBM harus baik, mobil ini memiliki kompresi mesin tinggi sehingga suhu mesin lebih tinggi dari mobil lain sekelasnya, konsumen perlu lebih memperhatikan kondisi oli mesin terkait volume dan kualitasnya,” ucap Rofiq.
Rofiq menyarankan penggantian oli mesin maksimal setiap 5.000 Km untuk menghindari oli berlumpur. Begitu juga dalam memilih sebelum membelinya, pastikan memeriksa kondisi olinya.
“Buka tutup oli, akan terlihat oli mesin masih bagus atau pernah terlambat ganti oli, jika terlambat oli bisa menjadi lumpur dan mengganggu performa serta keawetan komponen,” ucap Rofiq.
Selain soal oli mesin, Rofiq juga mengatakan konsumen perlu memastikan kondisi transmisi otomatisnya. Transmisi pada mobil ini sudah dibekali CVT yang bila mana tidak dirawat dengan baik berpotensi rusak.
“Biaya perbaikan CVT cukup mahal, karena kerusakan biasanya kompleks menyangkut komponen utama,” ucap Rofiq.
Pemilik Aha Motor Spesialis Nissan & Datsun Yogyakarta Hardi Wibowo mengatakan, biaya penanganan oli berlumpur mulai Rp 5 juta sampai Rp 6 juta.
“Biaya belum termasuk penggantian komponen jika memang diperlukan, kami memberikan solusi sebisa mungkin dengan bajet minimal tapi tidak mengabaikan keselamatan, jadi semua komponen diukur saat proses overhaul ini,” ucap Hardi kepada Kompas.com, Senin (28/8/2023).
Sedangkan perbiakan CVT, Agus Setiawan, Pemilik Sriyatin Car Spesialis Nissan & Datsun mengatakan perbaikan CVT kendalanya di onderdilnya karena diler tidak menjualnya secara parsial. Satu gelondong CVT bisa sampai Rp 40 juta
“Jika CVT copotan ada, itu harganya Rp 18 jutaan, kalau ganti sabuk baja dan pulinya saja itu sekitar Rp 7 jutaan, tapi dapat bahannya susah” ucap Agus.
Jadi, itu beberapa penyakit umum NIssan Grand Livina generasi kedua sehingga bisa menjadi bahan referensi sebelum membelinya.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/08/29/081200215/mau-pelihara-grand-livina-cvt-kenali-dulu-penyakit-umumnya