JAKARTA, KOMPAS.com - Dewasa ini tingkat polusi udara di sejumlah wilayah Indonesia kembali menjadi perhatian. Pada wilayah tertentu bahkan sampai menyebabkan Insfeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Data dari platform IQAir pekan lalu (7-10 Agustus 2023) mencatat, Jakarta sudah menjadi salah satu kota dengan udara terkotor di dunia dengan indeks polusi mencapai 193.
Seiring hal tersebut, pemerintah mulai merumuskan berbagai solusi tepat agar menekan tingkat emisi di sejumlah sektor, termasuk pada sektor transportasi, melalui penggunaan kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan.
"Polusi itu bukan hanya hari ini, sudah bertahun-tahun kita alami Ibu Kota, DKI Jakarta. Salah satu solusinya ialah mengurangi beban Jakarta," kata Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) belum lama ini.
Mobil listrik
"Moda transportasi massal itu harus di semua rute seperti MRT, kereta cepat dan lain-lain. Termasuk nantinya pemakaian mobil listrik. Kenapa kita berikan dorongan? Karena itu (bisa mengurangi polusi)," tambahnya.
Penggunaan kendaraan listrik juga secara berkesinambungan dapat mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) seraya meningkatkan daya saing industri nasional sebagai rantai pasok global.
Sebagai upaya mendorong penggunaan kendaraan listrik, Pemerintah RI telah merilis sejumlah kebijakan dan peta jalan industri, dimulai dari Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019.
Kemudian diturunkan ke Peraturan Menteri (Permen) Perindustrian No. 27/2020 terkait target pengembangan LCEV dan kendaraan listrik, hingga Permen Perindustrian No. 6/2022.
Kontribusi kendaraan elektrifikasi
Berdasarkan teknologinya, kendaraan elektrifikasi terbagi tiga macam yaitu kendaraan berbasis baterai alias battery electric vehicle (BEV), hybrid electric vehicle (HEV), dan plug-in hybrid vehicle (PHEV).
Secara ringkas, BEV merupakan suatu mobil yang sepenuhnya menggunakan baterai dan motor listrik untuk menggerakkan kendaraan. Teknologi ini membuat mobil tidak memiliki pembakaran sehingga tak mengeluarkan emisi.
Sementara HEV dan PHEV mengadopsi sistem pembakaran dalam yang dikombinasikan baterai dan motor listrik. Membuat emisi yang dikeluarkan lebih rendah dibandiing mobil konvensional.
Tes mandiri
Sebagai upaya melihat langsung seberapa besar ketiga teknologi kendaraan listrik itu mampu mengurangi tingkat emisi, redaksi Kompas.com melakukan pengujian mandiri dengan perjalanan sejauh 605 kilometer dari Jakarta sampai Yogyakarta.
Tercatat, pada BEV yang diwakilkan oleh Lexus UX300e, tidak ada emisi yang dihasilkan. Pada layar MID, selama perjalanan konsumsi listrik rata-ratanya mencapai 6,5 km per kWh.
Sementara untuk mobil PHEV yang diwakilkan oleh Prius PHEV, dengan jarak tempuh serupa konsumsi bahan bakarnya 19,47 km per liter menggunakan metode full to full.
Hasil perhitungan menggunakan konversi, emisi yang dihasilkan untuk perjalanan 605 km:
Jika dibandingkan dengan mesin konvensional, Prius PHEV dan Camry Hybrid unggul dengan selisih sekitar 69 gram per kilometer (163,38 gram per kilometer CO2 pada Raize GR Sport).
Berdasarkan data tersebut, diperoleh bahwa kendaraan berjenis HEV mampu mengurangi emisi hingga 49 persen dibanding mobil ICE. Sementara PHEV, lebih jauh lagi yaitu sampai 74 persennya.
Adapun mobil listrik murni alias BEV, dikarenakan sudah tidak menggunakan mesin berpembakaran dalam lagi mampu mengurangi emisi CO2 sampai 100 persen.
Kontribusi mobil listrik terhadap pengurangan emisi
Melalui perhitungan itu, didapatkan bahwa hingga Juni 2023 total emisi yang telah berhasil direduksi oleh BEV sebanyak 2.7 juta kg per kilometer CO2. Angka ini didapatkan dari hasil akumulasi penjualan BEV yang mencapai sekitar 16.605 unit pada lima tahun terakhir.
Beberapa produk BEV dimaksud ialah Hyundai Ioniq, Hyundai Kona EV, Hyundai Ioniq 5, Nissan Leaf, Wuling Air ev, dan Toyota bZ4X.
Kontribusi mobil hibrida
Sementara untuk mobil hybrid yang didominasi pabrikan Toyota, sampai Juni 2023 tercatat populaisnya mencapai 15.772 unit. Dengan capaian tersebut, emisi yang mampu direduksi 526,784 kg per kilometer CO2.
Adapun PHEV, pada periode yang sama, populasinya hanya 74 unit. Maka total emisi yang sudah berhasil ditekan 3.256 kg per kilometer CO2.
Melalui parameter pengurangan emisi ini, bila dibandingkan dengan data populasi mobil milik Badan Pusat Statistik (BPS), kendaraan listrik baru mampu mengurangi 0,48 persen dari total emisi mobil yang beroperasi di Indonesia.
Sebab, dinyatakan bahwa saat ini populasi mobil di Indonesia sudah mencapai 4,1 juta unit. Artinya, total emisi yang diproduksi ketika dipakai dalam waktu bersamaan ialah 668,3 juta kg per kilometer CO2.
Data pengurangan emisi dari mobil listrik tahun Ini
Pada semester I/2023, di tengah pertumbuhan pejualan kendaraan listrik yang mencapai 5 kali lipat dari tahun lalu, pasar elektrifikasi terhadap penjualan mobil nasional masih di bawah 1 persen, yaitu 23.260 unit dari 479.927 unit.
Diolah dari data Gaikindo, total penjualan HEV pada periode tersebut mencapai 17.391 unit atau sekitar 74,76 persen dari total penjualan kendaraan listrik nasional.
Jumlah itu, apabila dihitung dengan mekanisme yang sama seperti di atas sudah bisa mengurangi emisi sebesar 591,3 kg per kilometer CO2.
Angka tersebut lebih besar daripada PHEV yang memang secara penjualan hanya 32 unit. Total emisi yang bisa direduksi oleh PHEV dari membandingkan penjualan ialah 1,4 kg per CO2.
Adapun BEV dengan total penjualan selama semester I/2023 mencapai 5.837 unit bisa mereduksi emisi hingga 951,4 kg per CO2.
Masalah bersama
Idealnya memang mobil listrik (BEV) menjadi jawaban atas permasalahan polusi saat ini. Namun, mengingat harga jual yang masih tinggi, beberapa produsen memberikan alternatif produk ramah lingkungan dengan harga terjangkau.
Kendati tidak memberikan kontribusi sebesar BEV namun melihat tren penjualan, bisa jadi kontribusi terbesar atas pengurangan emisi nantinya akan diberikan oleh elektrifikasi jenis mobil hibrida.
Apalagi jika pemerintah bisa memberikan insentif atau kemudahan kemudahan untuk produk-produk elektrifikasi. Tentunya makin besar kontribusi, makin banyak kemudahan atau insentif yang diterima.
Kerusakan akibat polusi udara tidak bisa menunggu lama, kita yang harus bergerak cepat!
https://otomotif.kompas.com/read/2023/08/19/151049815/darurat-polusi-udara-dan-peran-kendaraan-elektrifikasi