JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan RI (Kemenhub) Hendro Sugiatno mengaku bahwa bus buatan dalam negeri saat ini belum bisa diandalkan untuk dijadikan sarana transportasi publik.
Hal tersebut didasari beberapa faktor sehingga jumlah angkutan umum listrik ini belum bisa begitu masif. Beberapa di antaranya soal Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dan produksi.
"Arah kebijakan kita memang ke sana (penggunaan kendaraan bermotor listrik), terutama untuk membangun transportasi umum listrik. Saya berterima kasih ke DKI yang sudah menginvestasikan untuk transportasi publik pakai listrik," ucap dia dalam diskusi virtual, Selasa (11/7/2023).
"Sebenarnya Surabaya dan Bandung juga sudah pakai untuk BTS-nya. Tapi ada kendala karena kemarin kita mencoba produk dalam negeri, namun belum begitu bisa diandalkan," kata Hendro.
"Namun transportasi publik kita akan dorong ke arah sana," lanjutnya.
Hanya saja pada kesempatan itu, Hendro tidak menjelaskan lebih jauh kendala-kendala apa saja yang ditemui tersebut. Tetapi untuk mencari jalan keluarnya, pihak Perhubungan Darat telah menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak.
Salah satu pihak yang digandeng ialah world bank. Sehingga diharapkan dapat mempercepat pengadaan dan penggunaan angkutan umum berbasis listrik di Tanah Air dengan merata.
"Perusahaan-perusahaan di dalam negeri yang TKDN-nya sudah 40 persen itu sudah banyak. Nanti di 2030, TKDN minimum 60 persen, itu yang kita dorong. Sembari meratakan infrastruktur untuk kendaraan listrik terutama transportasi publik," kata Hendro.
Sebelumnya, dilaporkan sedikitnya terdapat 15 bus Trans-Semanggi Suroboyo yang terparkir di garasi DAMRI Surabaya di Jalan Jagir Wonokromo, Surabaya. Bus listrik tersebut sudah tidak beroperasi sejak Januari 2030.
Angkutan umum ini, merupakan bekas kendaraan listrik yang digunakan ketika gelaran KTT G20 Bali pada 15-16 November 2022 lalu. Kendaraan dibuat oleh PT INKA.
General Manager DAMRI cabang Surabaya Yulianto menjelaskan pemberhentian Trans-Semanggi Surabaya ialah untuk pemutakhiran kontrak seperti melengkapi dokumen dan perbaikan teknis.
"Bus ini sedang dalam evaluasi baik sistem maupun teknis. Kami selaku operator bus harus memperbaiki dan melengkapi itu semua," kata dia, Kamis (5/1/2023) lalu.
Bus listrik berkapasitas hingga 40 penumpang tersebut sempat melayani rute koridor 3 meliputi Terminal Parubaya hingga Kenjeran Park dengan melewati SIER dan Rungkut Madya.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/07/11/182100415/bus-listrik-buatan-lokal-belum-bisa-jadi-transportasi-publik