JAKARTA, KOMPAS.com - Pada musim liburan sekolah tak sedikit wisatawan yang memilih pantai atau pegunungan sebagai tujuan tempat wisata.
Pada umumnya, jalur wisata yang dilintasi memiliki rute yang cukup ekstrem seperti tanjakan terjal dan turunan berkelok. Maka wisatawan harus hati-hati demi keselamatan dan keamanan di perjalanan.
Tak jarang, wisatawan yang menggunakan peta navigasi perjalanan digital (GPS) salah memilih rute hingga akhirnya tersesat.
Seperti contoh kejadian yang terjadi di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, pada Kamis (29/6/2023).
Dalam unggahan akun Instagram @banyumas24jam, terlihat mobil Daihatsu Granmax dengan nomor polisi R 5844 tersesat di jalan tak beraspal saat menuju lokasi wisata Curug Song, tepatnya di Desa Papringan, Kecamatan Banyumas.
Menurut Kepala Desa Papringan, Atam, peristiwa seperti ini tidak hanya terjadi sekali. Menurutnya, jalur tersebut tidak direkomendasikan bagi wisatawan yang akan ke Curug Song. Pasalnya jalan tersebut berupa jalan tanah yang sulit dilalui mobil.
“Kadang ada kejadian seperti itu. Kalau malam pernah ada mobil sedan, lewat jalan itu terus kesasar, (baru) diambil esok harinya. Memang mobil tidak bisa langsung ke sana, karena kondisi jalan tanah, jadi kendaraan itu tidak bisa lanjut, pasti harus balik lagi,” ucap Atam, dikutip dari Kompas.com, Senin (3/6/2023).
Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, jika berada di daerah yang belum pernah dikunjungi tak disarankan sekadar mengikuti penunjuk arah di GPS.
Sebaiknya bertanya kepada masyarakat sekitar agar tidak tersesat. Peta digital biasanya akan mengarahkan melalui rute alternatif yang sepi, jika jalur utama wisata padat dan terjadi kemacetan.
“Kalau ragu-ragu sebaiknya bertanya kepada masyarakat yang ditemui tidak cuma ikut maps. Bahaya jika tersesat, tidak paham medan. GPS pasti mencarikan rute alternatif yang paling cepat, dan berpindah sendiri ketika jalan macet,” ujar Jusri.
Jika terlanjur tersesat, sebaiknya segera berhenti. Memaksa untuk melalui rute alternatif tanpa memahami kondisi jalan yang ada sangat berbahaya.
Wisatawan bisa tersesat lebih jauh, bahkan bertemu medan yang ekstrem sehingga tidak dapat dilalui kendaraan. Untuk itu bila ragu melanjutkan perjalanan, lebih baik untuk kembali menuju jalur utama wisata.
“Di daerah pegunungan dan tepi pantai, sinyalnya susah. Kalau cuma pakai GPS bisa tersesat. Jika ragu-ragu, mending antre macet sebentar. Ditunda dulu juga tidak masalah, liburannya menunggu tempat wisata sepi,” kata Jusri.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/07/03/184200115/jangan-andalkan-gps-jika-tidak-ingin-tersesat-saat-liburan