JAKARTA, KOMPAS.com - Penggantian oli mesin pada mobil sebaiknya dilakukan secara rutin sesuai dengan jarak tempuh kendaraan atau masa pemakaian.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga setiap komponen yang ada di dalam mesin bisa terus bekerja secara optimal.
Selain itu, saat mengganti oli mesin juga sebaiknya disesuaikan, mulai dari merek, spesifikasi, serta harganya. Sebab, kebutuhan mesin mobil satu dengan yang lain berbeda.
Jangan sampai seperti video yang diunggah oleh akun Tiktok @sahabatotoclinic, Sabtu (27/5/2023).
Dalam unggahan itu, memperlihatkan mesin hatchback yang sedang dilakukan pembokaran total karena adanya kebocoran yang sangat parah di bagian mesin dan saat dibongkar, bagian dalam mesin penuh lumpur oli.
Ini terjadi lantaran sang pemilik mobil abai dalam melakukan penggantian oli mesin.
“Akibat salah ganti oli, milih murah akibatnya seperti ini. Hancur lebur dekselnya. Kami dikejutkan dengan kondisi mesin mobil yang sangat mengerikan ini, warna hitam ini adalah endapan lumpur oli, yang mungkin dulu riwayat mobil ini jarang sekali mengganti oli atau mobil ini menggunakan oli yang bukan speknya. Jadi akibatnya fatal banget seperti ini,” ucap pria dalam video tersebut.
“Meski kendaran jarang digunakan dan angka kilometer belum menunjukan ketentuan untuk mengganti, tapi bila waktunya sudah harus ganti ya tetap diganti,” ucap Suparman.
Suparman menambahkan, meski mobil jarang dikendarai tapi masa waktu pemakaian komponen sudah habis, harus segera dilakukan penggantian pada oli mesin.
“Dari segi ketentuan, penggantian pelumas mesin sebenarnya sudah memiliki aturan. Bila mengambil batasan dari jarak tempuh sebaiknya dilakukan setiap 10.000 km, sementara untuk kisaran waktu paling telat dilakukan setiap enam bulan sekali,” kata Suparman.
Ada beberapa konsekuensi atau dampak dari perilaku pemilik mobil yang telat mengganti oli mesin, mulai dari boros bahan bakar, rusaknya komponen mesin, mesin mobil menjadi cepat panas (overheat), dan terakhir timbulnya suara kasar pada mesin.
Selain itu, pemilik kendaraan sebaiknya menggunakan oli mesin yang sudah ditentukan oleh rekomendasi pabrikan. Jangan menggonta-ganti merek dan jenis oli mesin, karena memiliki dampak buruk terhadap mesin itu sendiri.
“Masing-masing merek (oli) mempunyai zat aditif yang berbeda-beda, bisa membuat sludge (lumpur) kalau dicampur-campur,” ucap Head Product Improvement/EDER Dept Technical Service Division PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Bambang Supriyadi.
Lumpur tersebut disebabkan karena saat penggantian pelumas tidak semua oli lama akan terbuang keluar dari mesin. Dengan kata lain masih ada sisa pelumas yang lama tertinggal di dalam ruang mesin.
Oli mesin tiap merek memiliki tingkat kualitas dan tipe yang berbeda-beda. Dengan sering bergonta-ganti merek oli mesin tanpa memperhatikan spesifikasi atau tingkat kekentalan (viskositas) dan zat aditif masing-masing merek, dapat mempengaruhi performa mesin.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/05/28/082100615/ini-akibatnya-asal-pilih-oli-mesin-mobil-penuh-lumpur