JAKARTA, KOMPAS.com - Penerapan Zero ODOL (over-dimension over-loading) pada truk tampaknya masih belum terlihat. Padahal, perencanaannya sudah sejak tahun lalu, tapi sampai Mei 2023 belum ada penindakan.
Bahkan, di jalan raya masih jamak truk yang dimensinya terlampau besar bisa berkeliaran. Petugas penegak hukum pun seakan tidak ada taji untuk menindak truk yang membahayakan tersebut.
Menurut pengamat transportasi Djoko Setijowarno, populasi truk ODOL akan selalu ada karena ada pengusaha atau pemilik barang yang menakut-nakuti pemerintah.
"Truk ODOL itu pengusahanya tuh nakut-nakuti pemerintah dengan disebut nanti inflasi. Menurut saya, tidak ada itu inflasi, mereka cuma pengusaha yang serakah," ucap Djoko kepada Kompas.com, Rabu (24/5/2023).
Menurut dia, pengusaha truk yang kerap ODOL adalah pemilik barang non-sembako. Biasanya mereka mencari keuntungan dengan mengangkut barang banyak, tapi dengan biaya semurah mungkin.
"Yang ODOL banyak itu pemilik barang non-sembako karena untungnya sedikit, jadi serakah," kata Djoko.
Djoko menambahkan, pemilik barang tadi bilangnya enggak untung kalau tidak ODOL. Makanya, kebijakan tersebut tidak kunjung terlaksana karena masih ada pengusaha yang protes.
"Padahal, dia (pengusaha) tidak memikirkan dampaknya, seperti kecelakaan, jalan rusak, yang kasihan nanti juga sopirnya," kata Djoko.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/05/25/090200915/zero-odol-sulit-terlaksana-akibat-keserakahan-pemilik-barang