Akbar Rais, drifter nasional sekaligus pendiri sekolah drift pertama di Indonesia, J99XAR Drift Academy, mengatakan, hanya mobil gerak belakang yang bisa diajak melakukan drifting sebab mobil RWD sifatnya mendorong.
"Karena begini, drifting itu memanfaatkan overpower, jadi ketika tenaga berlebih kita mengontrol dengan streering," ujar Akbar yang ditemui di Karawaci, Tangerang, akhir pekan lalu.
"Jadi gerak belakang itu mendorong mobil bukan menarik mobil (seperti di mobil gerak depan/RWD). Itu makanya kenapa bisa ada angle ketika lagi drifting, kalau misalkkan penggerak roda depan tidak bisa, dia akan ketarik terus. Kita tarik rem tangan dia akan lurus lagi karena dia penggerak roda depan," ujar Akbar.
Berbeda dengan mobil gerak depan, kata Akbar, mobil gerak belakang akan mendorong bagian mobil menjauhi obyek. Pada momentum itu pengemudi bisa mengontrol arahnya dengan memainkan setir dan gas secara tepat.
"Kalau dari penggerak roda belakang dia akan mendorong. Ketika mendorong itu angle yang terbentuk untuk kontrol mobil. Kalau AWD (all wheel drive) tidak ada angle-nya bukan tidak bisa. Bukan drifting ya jadinya lebih ke sliding," kata dia.
Sebelumnya, Dipo Dwiki seorang drifter nasional sekaligus punggawa Garasi Drift mengatakan, pemilihan mobil sangat penting untuk drifting.
“Apapun mereknya, pokoknya harus RWD atau penggerak roda belakang, dan karena sekarang karena drifting sudah lumayan populer, beberapa harganya mulai tinggi. Jadi harus pintar-pintar milih mobil dengan minim ubahan,” ucap Dipo.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/05/16/112200615/alasan-drifting-ideal-pakai-mobil-berpenggerak-belakang-