JAKARTA, KOMPAS.com - Jalan tol di Indonesia biasanya terdiri dari dua sampai tiga atau empat lajur. Biasanya, lajur paling kanan dibuat hanya untuk kendaraan yang mau mendahului kendaraan lain yang lebih lambat.
Sebagaimana fungsinya, pengemudi yang berada di lajur paling kanan seharusnya kembali ke lajur awal setelah mendahului kendaraan lain. Tapi, ada fenomena yang disebut lane hogger, di mana pengemudi tetap di lajur kanan, berapa pun kecepatannya.
Lane hogger ini bisa dibilang sangat mengganggu lalu lintas. Pasalnya, mobil itu tidak sedang dalam posisi mau mendahului kendaraan lain, lalu kecepatannya juga tidak lebih cepat dari pengguna jalan lain.
Lalu kenapa bisa ada pengemudi yang berperilaku seperti itu?
Roslianna Ginting, Training Director The Real Driving Centre (RDC) menjelaskan, sebenarnya tidak ada alasan yang pasti kenapa ada pengemudi yang jadi lane hogger di jalan tol.
"Biasanya mereka berpikir bahwa lajur kanan itu adalah lajur yang lancar dan minim gangguan, sehingga lebih nyaman berada di lajur tersebut," ucap Roslianna kepada Kompas.com, Kamis (27/4/2023).
Kalau bicara pengemudi yang masih pemula, biasanya mereka akan takut untuk berada di lajur paling kanan. Jadi lane hogger yang biasa ditemui diragukan kalau masih pemula, tapi memang punya pemikiran yang berbeda.
"Hanya kurang edukasi saja ya. Kalau di lajur kanan bukan untuk jalan biasa tetapi khusus tindakan untuk mendahului kendaraan lain," ucap Roslianna.
Secara umum, untuk ruas tol dengan tiga lajur, lajur paling kiri biasa digunakan untuk truk dan bus. Lalu di lajur tengah, untuk kendaraan yang lebih cepat, dan lajur paling kanan adalah untuk mendahului.
Semestinya, dengan disebut lajur kanan untuk mendahului, maka jika tidak dalam posisi mau menyalip kendaraan, jangan gunakan lajur tersebut. Hal ini yang perlu dipahami oleh semua pengguna jalan tol.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/04/27/152100315/kenapa-masih-banyak-pelaku-lane-hogger-di-jalan-tol-