Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Risiko Jadikan Atap Mobil sebagai Bagasi Tambahan

JAKARTA, KOMPAS.com - Tumpukan barang di atap mobil, kembali jadi pemandangan yang banyak ditemui saat musim mudik Lebaran, baik di jalan tol maupun arteri.

Padahal, membawa barang di atap mobil secara berlebih sangat tidak disarankan. Bukan karena ada aturan dan sanksi saja, tapi juga punya potensi yang merugikan bagi pengendara dan pengguna jalan lain.

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menjelaskan, menempatkan barang di atap mobil secara berlebih sampai menumpuk, akan membuat kendaraan mengalami kelebihan muatan atau overload.

Dalam kondisi tersebut, mobil akan terasa berat. Efeknya, handling dari kendaraan akan sangat berkurang yang membuat pergerakan kendaraan sangat terbatas karena ada center of gravity.

"Logikanya, bila sudah letakan barang di atap itu pasti kondisinya overload, karena sudah tidak ada lagi ruang di kabin. Jadi beban mobil itu dua kali lipat, dari barang dan penumpang. Bisa dibayangkan karena berat, otomatis efeknya akan kemana-mana," kata Sony kepada Kompas.com, Kamis (21/4/2023).

Selain handling yang kurang, akibat beban berlebih pada mobil juga membuat jarak pengereman akan mengalami degradasi atau penurunan drastis dari yang seharusnya.

Kondisi ini bila tidak disikapi akan menimbulkan petaka. Belum lagi karena adanya center of gravity, maka kemungkinan mobil berguling saat bermanuver itu juga makin tinggi.

Dengan menopang berat berlebih, kaki-kaki mobil juga bisa kehilangan keseimbangan. Kerja ban jauh lebih berat karena harus berputar dengan membawa beban overload menempuh jarak ratusan kilometer (km).

Imbasnya, ban bisa pecah dan jadi pemicu kecelakaan. Barang yang berlebih di atap juga bisa saja terjatuh yang efeknya menjadi petaka bagi pengguna jalan lain atau yang berada di belakangnya.

"Rata-rata bila sudah di tol dan tancap gas, pengendara itu tidak akan peduli dengan barang bawaan yang di atas, bila sampai jatuh dan kena ke pengendara lain itu fatal akibatnya," ucap Sony.

Hal serupa sebelumnya juga sudah pernah diutarakan Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving and Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu.

Menurut Jusri, kebanyakan pemudik yang membawa barang berlebih di atap mobil mengikat barang bawaan dengan tali atau sejenisnya.

Dalam kondisi perjalanan jauh dengan kondisi jalan yang berbeda-beda, ada kemungkinan ikatan tersebut akan mengendur yang membuat barang bawaan terjatuh.

"Jika talinya lepas, bayangkan muatan itu terbang saat mobil di tol, apa yang terjadi? Mencelakakan dan yang rugi banyak pihak," kata Jusri.

Selain itu, pemudik yang tadinya berharap menggunakan mobil pribadi akan lebih irit pengeluaran, bisa jadi malah harus menguras dompet karena biaya yang membengkak.

Mulai dari konsumsi bahan bakar yang pastinya akan jauh lebih boros karena kondisi overload, kerusakan yang mungkin terjadi pada ban, suspensi, dan pengereman, sampai biaya tak terduga lainnya.

https://otomotif.kompas.com/read/2023/04/21/113100715/risiko-jadikan-atap-mobil-sebagai-bagasi-tambahan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke