JAKARTA, KOMPAS.com - Kebiasaan buruk membawa barang di atas atap mobil tanpa menggunakan roof box, ternyata masih banyak dilakukan bahkan jadi pemandangan umum saat arus mudik Lebaran tahun ini.
Parahnya, tak hanya sekadar menggunakan tali sederhana untuk mengingat, seperti tambang dan lainnya, pada beberapa mobil juga terlihat barang bawaannya cukup banyak atau overload.
Tanpa disadari, meletakan barang di atap mobil ini mengundang petaka atau bahaya yang cukup fatal. Tak hanya untuk mobil yang dikendarai, tapi juga pengguna jalan lain.
Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia mengatakan, membawa barang di atap mobil untuk berpergian ada etikanya, yakni menggunakan roof box bukan roof rack yang sebenarnya secara fungsinya hanya sebagai tatakan saja.
Hal ini penting dipahami karena menyangkut masalah keselamatan dalam perjalanan. Apalagi ketika mudik, karena umumnya jarak tempuh cukup jauh ditambah kondisi jalan yang bervariasi.
"Masalahnya kebanyakan orang hanya meletakan barang menggunakan roof rack saja, itu tidak boleh. Selain karena etika, faktor paling penting adalah keamanan dan keselamatan, baik untuk diri sendiri juga pengguna jalan lain karena sangat fatal bisa sampai kejadian tali putus atau tidak kencang yang membuat barang jatuh," kata Sony saat dihubungi KOMPAS.com, Rabu (19/4/2023).
Banyak kejadian barang yang diletakan di atap mobil tanpa wadah dan pengikat yang kuat terlepas, bahkan sampai jatuh ke jalan yang membahayakan pengguna mobil di belakangnya.
Parahnya lagi, menurut Sony, banyak pengendara yang membawa barang overload tidak memikirkan dampak bagi mobil yang dikendarai dengan membawa barang yang berlebih.
"Ini juga sering terjadi, mereka berkendara seakan normal saja, padahal dengan barang bawaan di atas, apalagi jumlahnya banyak, jelas mempengaruhi kondisi mobil dari sisi handling, pengereman, berat dan lain sebagainya. Paling utama yang harus diperhatikan benar-benar adalah masalah center of gravity," ujar Sony.
Penting diketahui, center of gravity adalah titik berat dari mobil, di mana seluruh bobot mobil terpusat dalam satu titik temu. Semakin tinggi center of gravity, maka kemungkinan mobil berguling saat bermanuver itu juga makin tinggi.
Selain itu, dengan membawa barang di atap, pastinya daya hambatan mobil akan semakin besar, alias kemampuan aerodinamisnya berkurang. Efeknya, laju mobil terasa berat dan berujung pada penggunaan bahan bakar lebih banyak.
Risiko mobil pecah ban juga makin tinggi, karena beban angkut yang berlebih sehingga membuat roda bekerja lebih berat dalam jarak dan waktu yang sangat lama ditambah kondisi suspensi yang tak seimbang.
"Saat barang sudah di atap, di kabin itu berarti sudah tidak ada tempat lagi. Artinya mobil dalam kondisi overload, dan digunakan untuk perjalanan jauh ratusan kilometer. Ban akan bekerja lebih berat, lebih panas karena jarak dan beban yang jauh lebih berat, potensi kerusakan sudah pasti, begitu juga kemungkinan pecah ban," kata Sony.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/04/20/133100515/waspada-petaka-bawa-barang-bawaan-di-atap-mobil