JAKARTA, KOMPAS.com - Belum lama ini Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo mengungkapkan, indeks kemacetan DKI Jakarta naik ke peringkat 29 kota termacet di dunia.
“Basisnya itu sekarang rata-rata kemacetan kita di 53 persen,” ucap Syafrin, Jumat (7/5/2023).
Di 2020, lembaga TomTom International mengukur indeks kemacetan di Jakarta sempat berada di peringkat 31 dan membaik pada 2021 di peringkat ke 46.
Berbagai upaya pun telah dilakukan guna menekan angka kemacetan di Ibu Kota, salah satunya menutup putaran balik atau u-turn di 32 titik.
“U-turn yang sudah dieksekusi kemarin 22 titik dan sekarang sedang kami lakukan kajian terkait efektivitasnya dari sisi kinerja lalu lintas dan seterusnya,” ujar Syafrin.
Adapun untuk penutupan putaran balik yang ada di Jakarta ini akan dilakukan secara bertahap. Hasilnya akan dievaluasi secara berkala.
Jam Macet Selama Bulan Ramadhan
Kemacetan di Jakarta memang masih menjadi persoalan yang sulit untuk dihilangkan. Meski sejumlah upaya telah dilakukan, masih ada saja kemacetan di beberapa titik, terlebih lagi pada jam-jam berangkat dan pulang kantor, jalanan biasanya dipadati oleh kendaraan.
Di bulan Ramadhan ini, aktivitas warga juga mengalami lonjakan karena lebih banyak masyarakat yang butuh keluar rumah untuk ibadah, memenuhi kebutuhan atau sekadar jalan-jalan menghabiskan waktu menunggu berbuka puasa.
Bahkan, pihak kepolisian sudah memprediksi selama bulan Ramadhan 2023 waktu terjadinya kemacetan di Jakarta akan bergeser lebih awal.
“Kemungkinan demikian (akan terjadi pergeseran jam macet). Biasanya kan pukul 18.00 padat. Mungkin nanti jadi jam 16.00 (sudah padat), karena mengejar untuk berbuka puasa di rumah. Tetapi hanya terjadi di awal-awal saja kemungkinan, nanti kembali lagi,” ucap Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Latif Usman.
Pergeseran waktu kemacetan pada bulan puasa ini pun sudah dirasakan oleh beberapa pengguna jalan.
Sulaiman Alfian (56) misalnya, pengemudi ojek online ini mengeluhkan kemacetan di Jakarta yang cukup parah menjelang waktu berbuka puasa.
“Di bulan puasa ini jam macet yang paling parah di sore hari pada saat jam pulang kantor dan berbarengan wara wiri orang cari takjil. Kalau di hari sebelum bulan puasa macetnya jam berangkat sekolah dan kantor, itu juga di jalan-jalan tertentu,” ucap pria yang akrab disapa Apin kepada Kompas.com, Jumat (7/3/2023).
Apin pun menceritakan, akibat kemacetan yang terjadi di Jakarta pada saat bulan Ramadhan, membuat waktu tempuh perjalanan menjadi dua sampai tiga kali lipat lebih lama dibandingkankan dengan lalu lintas di hari biasa.
“Saya dapat satu orderan saja bisa makan waktu 1 jam, itu jarak tempuh cuma 2 km. Seperti tadi sore saya antar pelanggan dari KS Tubun ke MRT HI, makan waktu 1,5 jam, yang normalnya hanya 15-20 menit,” kata Apin.
Sama halnya dengan Ujang Nandi (72), pengemudi taksi yang berdomisili di Ciputat ini mengatakan bahwa di bulan Ramadhan, waktu macet di DKI Jakarta menjadi lebih panjang.
“Bulan puasa ini lebih macet. Biasanya (sebelum Ramadhan) dari jam setengah 5 sampai jam 9, tapi sekarang di atas 10 malam saja masih macet. Kadang kalau tidak puasa saya bisa 16 rit (penumpang), tapi puasa ini cuma 10, bahkan dibawah 10 rit,” kata Ujang.
Nadia (26), karyawan swasta yang berdomisili di Kalibata ini juga merasakan imbas dari perubahan jam macet di Jakarta pada saat bulan Ramadhan.
“Kerja saya di daerah TB Simatupang, biasanya ke kantor naik mobil cuma 30 menit, sekarang bisa 50 menit. Biasanya jam 4 sore masih sepi, ini sudah macet,” kata Nadia.
“Tapi kadang saya naik ojek online dan naik TransJakarta, tidak ada perubahan signifikan, waktunya sama seperti sebelum bulan puasa. Karena kan kalau ojek online bisa nyalip-nyalip, terus TransJakarta juga punya jalur sendiri. Cuma jadi lebih ramai saja,” tambahnya.
Hal Lumrah
Adapun menurut Latif, pergeseran jam macet dan kepadatan lalu lintas pada sore hari ketika Ramadhan merupakan hal yang lumrah terjadi. Sebab, pada sore hari masyarakat tengah mempersiapkan diri untuk melaksanakan buka puasa.
Selain itu, kata Latif, cukup banyak pekerja yang pulang kantor lebih awal saat Ramadhan. Hal ini tentunya berimbas pada pergeseran waktu peningkatan volume kendaraan di jalan raya.
“Iya jadi masih normal lah (macet sore hari). Karena kan aktivitas saja. Bukan karena ada hambatan. Bukan karena, misalnya yang menghalangi enggak ada. Volume tinggi, aktivitas masyarakat tinggi itu saja,” kata Latif.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/04/07/130100915/bulan-ramadhan-dan-kemacetan-jakarta-yang-makin-parah