JAKARTA, KOMPAS.com - Cepat atau lambat mobil listrik dipercaya bakal menggantikan mobil konvensional. Namun menurut survei di Amerika Serikat, kepopuleran mobil listrik saat ini belum sebesar itu.
Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa hanya 34 persen orang Amerika yang bersedia untuk beralih menggunakan mobil listrik, lantaran kebijakan mobil listrik dianggap lebih populer karena politik.
Dilansir dari Carscoops, jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters menemukan bahwa 31 persen lainnya tidak tertarik menggunakan mobil listrik, atau membeli mobil listrik sebagai kendaraan berikutnya.
Jika dilihat dari simpatisan partai, pendukung Demokrat yang disurvei, 50 persen mengatakan akan mempertimbangkan mobil listrik. Sementara dari Republik hanya 26 persen, dan non golongan hanya 26 persen.
Studi ini juga memberikan gambaran mengenai batas atas masyakarat membeli mobil listrik. Sekitar 56 persen responden mengatakan bahwa tidak akan membayar lebih dari 49.999 dollar atau Rp 754 juta buat beli mobil listrik.
Kemudian sebanyak 37 persen responden mengatakan bahwa akan membeli mobi listrik jika punya jarak tempuh minimal baterai sekali isi yaitu 300 mil atau setara 482 km.
Saat ini setidaknya ada 80 model mobil listrik yang dijual di Amerika dan hanya satu model yang punya jarak tempuh 482 km yaitu Lucid Air Dream Edition R. Sedangkan harganya paling murah 137.985 dollar atau setara Rp 2,08 miliar.
Reuters mencatat saat ini penjualan mobil listrik di seluruh Amerika hanya 5,6 persen. Adapun Presiden Joe Biden menginginkan pada 2030 minimal 50 persen dari semua kendaraan baru yang dijual berupa plug-in hybrid atau EV.
Tahun lalu Tesla masih menjadi penguasa mobil listrik di Amerika dengan pasar 64 persen dan torehan 484.351 unit. Ford posisi kedua dengan 7,5 persen, diikuti Chevrolet 4,8 persen, Kia 3,8 persen dan Hyundai 3,5 persen.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/03/24/185100415/hanya-34-persen-orang-amerika-yang-mau-beli-mobil-listrik