JAKARTA, KOMPAS.com - Peran pengemudi truk di Indonesia sangat penting, terutama dalam mengantarkan beragam barang ke berbagai lokasi. Tapi sayangnya, populasi pengemudi semakin sedikit saat ini.
Salah satu cara untuk jadi pengemudi truk yang sudah berlaku dari lama adalah berawal dari kernet. Setelah ikut pengemudi, nantinya kernet juga diajarkan cara mengemudi dan akhirnya jadi pengemudi sendiri.
Tapi saat ini, pengemudi truk sudah jarang jalan dengan kernet. Lalu, anak muda juga tidak banyak yang mau bekerja sebagai kernet, sudah beralih ke pekerjaan lain yang dianggap lebih menjanjikan.
Menanggapi kejadian mulai sedikitnya jumlah pengemudi, Tonny Wijaya, Trucking Manager PT Dunia Express Transindo mengatakan, pihaknya sempat berdiskusi dengan Kementerian Perhubungan terkait pengemudi truk.
"Kemungkinan harus dikembangkan sekolah driver dan peningkatan kualitas (driver), termasuk juga pendapatan mereka," kata Tonny kepada Kompas.com, Kamis (23/3/2023).
Pengembangan sekolah driver ini tentunya bisa meningkatkan kualitas pengemudi. Jadi pengemudi truk yang terkesan kurang baik jadi semakin diminati dan jadi pekerjaan yang menjanjikan untuk orang.
"Harus ada perubahan mindset dan peningkatan status driver. Kami sebelumnya sudah mengadakan sertifikasi BNSP bagi para driver trailer, jadi profesi pengemudi sudah diakui negara dan bisa bekerja di kawasan ASEAN," kata Tonny.
Selain itu, menurut Imam, driver truk yang punya pengalaman kerja sekitar 28 tahun mengatakan, langkanya sopir truk ada baiknya juga, bisa meningkatkan kesejahteraan pengemudi yang ada.
"Kesejahteraan sopir bisa naik. Kalau sopir jadi langka kan bisa nego untuk naikin uang jalan, jadi harga jual sopir mahal," kata Imam.
Tapi, tentu regenerasi pengemudi truk tetap penting. Jadi pengemudi yang sudah tidak mampu mengemudi bisa digantikan, jumlah pengemudinya juga tetap, tentunya bisa memengaruhi jumlah truk yang berjalan di jalanan.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/03/23/144100715/populasi-sopir-truk-semakin-langka-minim-regenerasi