JAKARTA, KOMPAS.com - Perhatian soal topik keselamatan jalan atau road safety masih minim di Indonesia. Salah satu indikatornya adalah, minimya penelitian keselamatan berkendara padahal Indonesia merupakan pasar otomotiif terbesar di ASEAN.
Adrianto Sugiarto Wiyono, ASEAN NCAP Technical Committee, mengatakan, banyak yang beranggapan road safety kurang menarik untuk dibahas.
"Road safety bukan sesuatu yang seksi untuk dibahas kecuali ada blow up (kejadian besar)," kata Rian saat dihubungi Kompas.com, Rabu (22/3/2023).
Padahal, Rian yang juga dosen di Politeknik APP tersebut mengatakan, jumlah kecelakaan terus meningkat setiap tahun meski usaha untuk menekan angka tersebut tak kalah massif.
Berdasarkan data NTMC Polri, periode Januari-September 2022 tercatat ada 94.617 kasus kecelakaan. Angka tersebut meningkat 24.000 kasus atau sekitar 34,60 persen dibandingkan tahun 2021.
"Tantangan lainnya bicara data kecelakaan banyak yang tidak mau terbuka karena akan dianggap aib," kata Rian.
"Padahal harapannya dengan adanya data tersebut, kami para peneliti ini bisa membantu untuk mencari tahu penyebabnya sehingga tidak terjadi lagi di masa mendatang," ujar dia.
"Selain itu mungkin sulit terbuka tentang data kecelakaan karena arah penyelidikan lebih mencari siapa yang 'harus dihukum', padahal kan kalaupun ada yang dihukum ya itu efeknya, bukan di awal sudah merencanakan mencari siapa yang harus dihukum tadi," ujar dia.
Rian mengatakan, penelitian menyebutkan, dalam berkendara faktor manusia memegang peran paling tinggi mencapai 60 persen, kendaraan 5 persen, lingkungan 3 persen, dan sisanya interaksi ketiganya.
Namun hal tersebut juga perlu penelitian lebih lanjut. Sehingga tidak serta dengan mudah hanya menyalahkan pengemudi saja, tapi juga mempertimbangkan faktor lain.
"Mencari siapa yang harus dihukum? paling mudah dilimpahkan kpengemudi, penyelidikan selesai," kata Rian.
"Padahal misalnya pengemudi angkot maunya dipasangi safety belt, eh sama Pak Bos tidak dikasih karena jadi pengeluaran tambahan, kemudian terjadi kecelakaan, ada korban yang disalahkan pengemudi karena dianggap tidak hati-hati. Padahal tabrakan tersebut mungkin bukan disebabkan oleh Pak Supir angkot," kata dia.
Salah satu contoh minimnya penelitian road safety kata Rian dapat dilikat dari penelitian atau data mengenai seberapa efektif sabuk pengaman tersebut dapat menyelamatkan nyawa saat terjadi kecelakaan.
Sejauh ini data mengenai seberapa efektif sabuk pengaman masih mengacu pada data yang diterbitkan National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) atau departemen transportasi Amerika Serikat.
"Sampai saat ini belum ditemukan data di Indonesia, bahkan dalam situs web Korlantas pun tidak menyebutkan hal ini. Dalam buku statistik transportasi Indonesia pun tidak ada info tentang kepatuhan dari penggunaan safety belt dan sebagainya," ujar Rian.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/03/23/062200315/perhatian-soal-keselamatan-jalan-masih-minim-di-indonesia