Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Orang Kaya di Indonesia Juga Masih Kagok Pakai Mobil Listrik

JAKARTA, KOMPAS.com - Tengah digenjot pemerintah Indonesia, pembeli mobil listrik di indonesia bisa dibilang datang dari kalangan orang kaya alias lebih berkecukupan. Alasan ini juga yang membuat penjualan mobil listrik belum banyak karena butuh pengeluaran yang tidak sedikit.

Misalnya, selain harus beli mobil listrik yang relatif lebih mahal ketimbang konvensional, pembeli juga harus pasang cas di rumah. Kalau tidak mau pasang, rumah wajib minimal punya daya 2.200 watt khusus untuk cas mobil listrik di rumah. Meski bukan acuan, tapi rumah dengan daya listrik sedemikian biasanya memang ukurannya besar dan identik dengan orang kaya.

Meskipun kenyataannya para pemilik mobil listrik dari kalangan orang kaya ini ternyata juga masih gagap teknologi.

General Manager Lexus Indonesia Bansar Maduma mengungkapkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia belum terbiasa menggunakan mobil listrik alias battery electric vehice (BEV) untuk aktivitas harian.

Sehingga sering kali pengguna melakukan kesalahan, khususnya saat melakukan cas atau pengisian daya mobil. Menariknya, hal tersebut bahkan juga kerap dialami oleh para konsumen Lexus yang notabene sudah mapan.

"Memang edukasi customer sangat susah. Contoh kecil, masih banyak konsumen yang melakukan kesalahan saat charging, yaitu lupa mengisi daya ketika di rumah (sehabis mobil digunakan)," katanya di Jakarta, Selasa (12/3/2023).

Padahal, kata Bansar, idealnya mobil listrik murni atau BEV segera diisi dayanya ketika setelah digunakan, di rumah. Sehingga ketika kendaraan ingin digunakan lagi, sudah siap pakai.

Jadi, tak terlalu bergantung pada Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) walau pada fasilitas tersebut memiliki mekanisme pengisian daya secara fast charging sampai ultra fast charging.

"Ini perlu edukasi juga, sama seperti mobile phone. Sebab saat menggunakan metode fast charging, akan banyak sekali wattage yang masuk ke baterai dalam waktu yang singkat. Paling bagus, itu normal charging," jelas Bansar.

"Oleh karena itu, kami sediakan AC charger khusus di rumah-rumah bagi konsumen di BEV. Sehingga ketika setelah digunakan, tinggal dicolok saja. Overnight charging tidak masalah, ketika pagi ingin digunakan tinggal lepas saja. Itu lebih aman," katanya lagi.

"Tetapi sekali lagi, mengubah kebiasaan itu tidak mudah. Butuh waktu," ujar dia.

Namun apabila dalam keadaan mendesak, yang mengharuskan pemilik menggunakan metode pengisian fast charging, Bansar menyarankan cukup mengisinya hingga 80 persen saja.

Sisanya, bisa diisi kembali saat tiba sampai rumah atau ada colokan AC charger pada tempat-tempat tertentu.

Dalam kesempatan sama, ia juga mengungkapkan bahwa penjualan elektrifikasi Lexus saat ini terus mengalami pertumbuhan yang positif. Kendati tidak dijelaskan rincinya, sepanjang tahun lalu penjualan mobil elektrifikasi sudah mencapai 30 persen.

"Sebagai perbandingan, pada tahun 2020-2021 itu penjualan kendaraan elektrik kami hanya 3 persen dari total penjualan nasional. Tetapi di tahun lalu sudah sebesar 30 persen. Jadi kami lihat, konsumen Lexus sudah memiliki demand untuk kendaraan elektrifikasi," kata Bansar.

https://otomotif.kompas.com/read/2023/03/14/072200715/orang-kaya-di-indonesia-juga-masih-kagok-pakai-mobil-listrik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke