Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Kenapa Besi Payung Sering Dijadikan Ranjau oleh Oknum Tambal Ban

KLATEN, KOMPAS.com - Beredar video seorang relawan menyapu ranjau besi payung di sekitar jalan layang Pancoran, Jakarta Selatan.

Tidak sedikit warganet berkomentar pernah mengalami kejadian serupa ketika melintas di jalan layang tersebut. Bahkan sampai berkali-kali mengalami ban bocor karena ranjau paku payung. Kenapa harus besi payung yang dijadikan ranjau?

Seorang tukang tambal ban di Klaten yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan ranjau besi payung memang banyak digunakan oleh oknum tukang tambal ban agar mendapatkan target.

“Besi payung atau rangka jari-jari payung dipotong-potong tidak beraturan agar ujung-ujungnya lancip, dengan demikian bisa melubangi ban kendaraan, besi payung sudah diperkirakan dapat membuat korban berhenti tidak jauh dari lokasi” ucapnya kepada Kompas.com, Senin (20/2/2023).

“Kalau diperhatikan, bentuk besi payung bisa menyerupai pipa, atau lempengan siku-siku, tujuannya ketika menancap ke ban, angin akan lebih cepat habis, sehingga kendaraan akan berhenti tidak jauh dari lokasi,” ucapnya.

Menurut dia, ban tubeless yang katanya aman dari ban bocor di jalan juga tidak bisa menghindari bahaya tersebut.

“Tetap akan habis karena model besi payung menyerupai pipa, ini lebih cepat mengeluarkan udara pada ban daripada paku atau sekrup,” ucapnya.

Menurut dia, tidak aneh jika di sekitar lokasi tersebut banyak tukang tambal ban, karena biasanya yang melakukan penyebaran ranjau tersebut adalah oknum.

“Mungkin tidak kebetulan, di sekitar lokasi bisa ada tukang tambal ban berderet-deret, baik sesudah atau sebelumnya, dan pengalaman pernah kena ranjau besi payung juga, pas di tukang tambal ban di dekat lokasi antreannya banyak,” kata dia.

https://otomotif.kompas.com/read/2023/02/20/183100015/alasan-kenapa-besi-payung-sering-dijadikan-ranjau-oleh-oknum-tambal-ban

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke