JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap pergantian bulan, biasanya terjadi penyesuaian harga BBM, baik Pertamina, Shell, BP, dan Vivo. Tak jarang ada pemilik kendaraan yang bergonta-ganti merek bensin, tergantung mana yang harganya lebih murah.
Menurut sebagian orang, mencampur bensin beda merek tidak masalah, asalkan nilai oktannya sama. Padahal, anggapan tersebut salah dan bisa berdampak fatal bagi mesin.
Tri Yuswidjajanto, dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan, tindakan tersebut lebih berbahaya dibandingkan mencampur bahan bakar dari satu merek yang sama, tapi berbeda nilai oktannya.
"Lebih bahaya lagi, karena aditif itu antara satu merek dengan merek yang lain belum tentu kompatibel. Jika tidak kompatibel, maka efeknya bisa merugikan," ujar Tri, saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.
Menurut Tri, zat aditif bisa saling menguatkan, jika kompatibel. Tapi, jika tidak kompatibel, justru akan menurunkan kinerjanya. Maka itu, tidak disarankan mencampur bahan bakar dari merek berbeda.
"Dampaknya pada mesin apa? Kerak semakin banyak. Katup macet, sehinga berpotensi tertabrak piston. Akibatnya, piston bolong atau katup bengkok, mesin mati," kata Tri.
Tri menambahkan, ring piston juga bisa saja menjadi macet. Sehingga, blowby menjadi lebih besar dan umur pakai pelumas jadi lebih pendek.
"Jika ingin ganti bahan bakar, dari merek A ke merek B, maka disarankan sisakan bahan bakar yang awal sampai sedikit. Misalkan, sampai indikator bahan bakar menyala. Kemudian, baru diisi dengan merek yang lain," ujarnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/02/01/162100415/komponen-mesin-bisa-rusak-akibat-gonta-ganti-bbm-beda-merek