JAKARTA, KOMPAS.com - Popularitas mobil listrik di Indonesia khususnya yang berteknologi battery electric vehicle (BEV) tengah mengalami perkembangan positif. Hal ini, tergambar dari tingkat penjualan tahunan yang meningkat signifikan dari 685 unit jadi 10.306 unit di 2022.
Kondisi tersebut, sejalan dengan hadirnya tiga produk elektrifikasi terbaru di pasar dalam negeri, yang bahkan harganya lebih terjangkau, yakni pada rentang harga Rp 250 juta sampai Rp 400 jutaan.
Tapi sayangnya, menurut Agus Purwadi, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITS), pencapaian dimaksud belum berbanding lurus terhadap kesadaran akan lingkungan atau polusi. Melainkan hanya sekadar gaya karena tren.
"Menurut saya, mereka (yang beli mobil listrik) karena peduli lingkungan masih jauh lebih sedikit daripada pengen gaya dan punya status yang beda aja," kata Agus saat ditemui di Jakarta, Rabu (25/1/2023).
Sebab, lanjut dia, sebelumnya sudah cukup banyak mobil hibrida yang hadir di Indonesia. Tapi sampai tahun 2021 penjualannya tetap konstan tidak pernah melebihi 2.000 unit per-tahun.
Padahal, kendaraan rendah emisi ini tidak perlu diisi dayanya (dicas) seperti BEV, karena sistem baterai bisa terisi secara otomatis ketika mobil tidak bergerak dan melambat.
"Jadi dicasnya pakai engine saja. Jadi ya harus kita akui, mereka yang beli mobil listrik karena sadar lingkungan itu masih sedikit," kata Agus.
Meski begitu, ia tetap bersyukur bahwa kendaraan listrik sekarang diterima dengan baik oleh masyarakat. Diharapkan sampai tahun-tahun selanjutnya, kondisi terkait tetap bisa bertahan atau mungkin meningkat.
Sebelumnya, Brand & Marketing Director Wuling Motors Dian Asmahani menjelaskan, bila penerimaan besar terhadap Air EV sebagai mobil listrik murni mungkil pertama di pasar Indonesia, karena masyarakat mulai membutuhkannya.
"Kami sih melihat itu bagian dinamisnya pasar, ya. Di mana setiap kebutuhan dan permintaan masyarakat atas suatu kendaraan bermotor itu kadang bergeser tiap tahun," kata Dian saat ditemui di Jakarta, Selasa (17/1/2023).
"Jadi product portfolio kita menyesuaikan kebutuhan masyarakat, terutama tren global, industri di dalam negeri, sampai customer behavior. Jadi ini bukan threat kepada produk lainnya di Wuling, ya," lanjut Dian.
Adapun dinamika pasar dimaksud, menurut Dian, begitu terasa pada masyarakat perkotaan. Sehingga pada akhirnya, dengan momentum yang tepat Air EV mampu menjawab tantangan dan kebutuhan itu.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/01/27/120200915/popularitas-mobil-listrik-di-indonesia-sebatas-tren-