KLATEN, KOMPAS.com - Awalnya, skutik dikenalkan sebagai motor yang mudah dioperasikan bahkan untuk kaum hawa sekali pun.
Motor skutik dibekali transmisi otomatis berbasis CVT yang lembut dan tidak membutuhkan pengoperan roda gigi secara manual untuk mengubah rasio putaran mesin menjadi gaya putar pada roda penggerak.
Cukup dengan memutar tuas gas, maka kendaraan akan melaju. Pengendara tidak perlu menarik tuas kopling dan memasukkan roda gigi. Bahkan, kemudahan pada motor skutik pun merambah ke bagian sistem rem.
Umumnya motor skutik dibekali rem kombinasi sebagai pengaman saat pengendara melakukan pengereman. Sistem rem kombinasi ini memastikan daya pengereman lebih rata antara roda depan dan belakang, sehingga lebih efektif.
Namun, rem kombinasi ini memiliki kelemahan ketika digunakan pada medan jalan tertentu, khususnya pada jalan yang menurun panjang. Tidak sedikit rem kombinasi motor skutik mengalami blong.
Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Achmad Wildan, mengatakan rem kombinasi kerap membuat pengendara motor skutik celaka di jalan menurun.
“Dalam waktu sehari ketika di Surabaya ini, kami menjumpai kecelakaan tiga sepeda motor karena rem blong di tempat yang berbeda, ketiganya dibekali rem kombinasi” ucap Wildan, Senin (5/12/2022) dalam sebuah Webinar ‘Fenomena Rem Blong dan Fakta Kecelakaan Bus & Truk’ di ITS.
Dia mengatakan hal tersebut bukan lah suatu kebetulan, karena itu bisa dijelaskan secara gamblang bagaimana bisa rem kombinasi sering mengalami blong di jalan menurun.
“Cara kerja dari rem kombinasi sendiri menggabungkan mekanikal rem depan dan belakang pada salah satu tuas rem, biasanya rem belakang, jadi ketika tuas rem belakang ditarik, maka kedua roda akan mengerem,” ucap Wildan.
Menurut Wildan rem kombinasi membuat rem depan dan belakang bekerja terus menerus selama skuter matik melewati jalan menurun dan itu cukup berbahaya.
“Jika rem bekerja terus menerus tidak ada jeda, hal itu akan membuat kampas rem mengalami panas berlebih, kampas rem bisa menyublim dan menyebabkan rem blong, fenomena ini disebut brake fading,” ucap Wildan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Community Development & Safety Riding Supervisor Astra Motor Yogyakarta Muhammad Ali Iqbal. Dia mengatakan untuk menghindari panas berlebih pada rem saat melewati jalan menurun yang curam perlu melakukan pengereman bergantian antara rem depan dan belakang.
“Pada saat menemui turunan tajam dan panjang, gunakanlah rem secara bergantian, tujuannya agar temperatur komponen pengereman dalam kondisi ideal, baru pada saat menemui turunan yang tidak terlalu curam dan pendek, gunakanlah rem secara bersamaan untuk meningkatkan efektivitas pengereman,” ucap Ali kepada Kompas.com, Selasa (17/1/2023).
Sementara itu, Mekanik Abdi Jaya Motor Cawas Syifa, mengatakan rem kombinasi akan aktif ketika rem kiri dimainkan, bila rem kanan saja itu akan membuat rem depan saja yang aktif.
“Penggabungan mekanikal rem kombinasi terletak di tuas rem belakang atau kiri, sehingga ketika rem kiri bekerja, secara pasti rem belakang juga bekerja, namun bila rem kanan atau depan yang tuasnya ditarik, itu akan membuat rem depan saja yang bekerja,” ucap Syifa kepada Kompas.com, Selasa (17/1/2023).
Ini artinya, rem belakang pada rem kombinasi akan istirahat bila rem depan yang sedang dimainkan. Meski demikian, Syifa mengatakan untuk hasil pengereman yang optimal tidak bisa mengandalkan rem depan saja.
Jadi, rem kombinasi memiliki kelemahan saat digunakan di jalan menurun panjang, karena rem kombinasi tidak bisa dipakai secara bergantian secara optimal.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/01/18/111200715/kelemahan-rem-kombinasi-pada-motor-matik