JAKARTA, KOMPAS.com – Menggeluti sebuah profesi memang memiliki konsekuensi tersendiri, begitu pula menjadi pengemudi atau sopir bus antar kota dan antar provinsi (AKAP).
Menjadi sopir bus merupakan pekerjaan dengan tanggung jawab yang besar karena harus mengantarkan banyak orang dengan aman, serta bertanggung jawab atas armada perusahaan.
Namun dibalik itu semua, berbagai risiko harus dijalani oleh pengemudi bus, salah satunya jarang bertemu keluarga keluarga. Situasi ini lantaran waktu seorang pengemudi lebih banyak berada di jalan ketimbang di rumah.
Tessy, sopir bus AKAP dari PO Haryanto dengan rute Jakarta – Jepara, Jawa Tengah mengatakan, jika dirinya dan juga crew yang ada di busnya sebisa mungkin harus membagi waktu dengan tepat agar tetap terhubung dengan keluarga.
“Biasanya saya sudah tiba di terminal Cileungsi sejak fajar jam 04.00 WIB . Nnti berangkat lagi take Off siang jam 13.00 WIB tujuan Jepara Jawa tengah," kata Tessy kepada Kompas.com, Minggu (9/1/2022).
Jika bus sudah sampai ke Jepara, jika memungkinkan biasanya crew akan menyempatkan waktu untuk pulang ke rumah sejenak meski anggota keluarga sudah terlelap. Yang penting bus harus bisa tiba tepat waktu ke Cileungsi jam 04.00 WIB.
Mengenai bagi waktu untuk keluarga, Tessy menyebutkan jika satu kali perjalanan akan ada 3 orang personil yaitu dua orang sopir dan satu orang kernet.
Biasanya dari ketiga crew tersebut punya lokasi rumah yang hampir searah dengan rute perjalanan bus AKAP. Tessy sendiri tinggal di Kudus, Sopir penggantinya tinggal di Tayu Pati, sementara itu untuk kernet biasanya juga tinggal di sekitar rute tersebut.
“Kalau untuk meluangkan waktu keluarga, biasanya setelah aktivitas di armadanya selesai akan pulang ke keluarga masing-masing. Dan Armada posisi stand by atau parkir di Tayu,” kata Tessy yang sudah menjadi supir bus AKAP PO Haryanto sejak 2012.
Pengemudi bus AKAP dari PO Raya mengatakan jika menjadi sopir bus sudah harus siap dengan hal tersebut.
Untuk libur tidak bisa ditentukan ingin hari Sabtu atau Minggu libur. Kemudian untuk jam kerja juga tidak seperti orang kerja kebanyakan yang berangkat pagi pulang sore.
“Jadi kita itu pada dasarnya pelayanan, jadi harus siap. Misalnya kurang sopir sedangkan armadanya banyak, maka harus siap. Jadi keluarga dinomorduakan konsekuensinya,” kata sopir bus PO Raya yang enggan disebutkan namanya, kepada Kompas, Minggu (9/1/2022).
Sopir bus yang sudah sudah bergabung bersama PO Raya 10 tahun tersebut mengatakan jika untuk profesinya bukan hal yang aneh jika kemalaman mengemudi dan harus bermalam di terminal atau pool perusahaan otobus (PO) di tempat tujuannya.
Hanya saja, biasanya pihak keluarga yang kerap bertanya-tanya kapan akan pulang, terutama di hari besar seperti momen Lebaran.
“Kuncinya itu percaya antar keluarga dan saling mendukung. Saya dan istri saya biasanya menerapkan itu. Ya walaupun terkadang ada hari dimana istri bertanya kapan kita pulang, saya akan mencoba menenangkan dia,” kata sopir PO Raya itu.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/01/09/120200315/suka-duka-jadi-pengemudi-bus-jarang-bertemu-keluarga