JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memastikan bahwa pemberian insentif untuk pembelian kendaraan bermotor listrik, baik roda dua maupun empat di Indonesia akan dilakukan melalui kalkulasi mendalam.
Sehingga tujuan utama pemerintah untuk terjadinya energi transisi sekaligus mengurangi polusi udara dari kendaraan dan impor bahan bakar minyak (BBM), bisa terpenuhi secara optimal. Tidak hanya dinikmati oleh suatu kelas tertentu saja.
"Sebenarnya insentif untuk kendaraan listrik itu diberlakukan oleh semua negara. Sebab harga kendaraan listrik masih sangat mahal daripada mobil biasa dengan perbedaan 30 persen," ujarnya saat konferensi pers virtual di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (21/12/2022).
"Insentif didesain ada caping price kendaraan-nya. Jadi insentif akan disiapkan tak untuk semua mobil. Mobil mewah akan diberikan, tidak seperti itu tetapi untuk harga kendaraan listrik tertentu. Sekarang, kebijakannya sedang dievaluasi," lanjut Airlangga.
Dengan begitu maka untuk kendaraan listrik yang memang berkategori mewah, nantinya tetap akan memiliki harga tinggi. Apalagi, rata-rata produk terkait masih diimpor secara utuh dari negara asalnya, bukan produksi maupun dirakit lokal.
Diharapkan dengan keputusan ini, target jumlah mobil listrik yang mencapai minimal 20 persen dari total pasar di tahun 2025, atau sekitar 400.000 unit bisa tercapai. Termasuk populasi 1,76 unit motor listrik pada periode yang sama.
"Insentif ini nanti kita akan berikan dalam rupiah tertentu, nilainya Rp 5 triliun. Itu nanti akan dibagi ke sepeda motor berapa, mobil berapa, bus kita akan pertimbangkan juga," ucap Airlangga lagi.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/12/21/144200315/menko-airlangga-pastikan-insentif-mobil-listrik-bukan-untuk-orang-kaya-saja