YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kerap terjadi kecelakaan bus pariwisata di jalan-jalan yang sempit, menanjak dan minim penerangan. Kondisi jalan seperti ini banyak dijumpai tempat-tempat wisata seperti pantai dan pegunungan.
Selain karena faktor kondisi jalan, salah satu faktor penyebab banyaknya korban jiwa adalah kondisi bus itu sendiri yang sebenarnya minim fitur keselamatan. Seperti yang terjadi di Tebing Bego, Bantul kondisi bus minim fitur keselamatan dan bodinya sudah banyak yang keropos.
Berdasarkan temuan KNKT dalam Forum Kehumasan dan Media Rilis “Keselamatan Bus Pariwisata di Indonesia (Studi Kasus Kecelakaan Bus Wisata di Tebing Bego Bantul), kecelakaan yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia itu bisa dijadikan pembelajaran.
Sehingga menjadi penting bagi Anda untuk memilih bus pariwisata yang layak sebelum digunakan untuk bepergian. Bagaimana tips memilihnya?
Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Achmad Wildan, mengatakan untuk saat ini belum ada sistem yang mempermudah penumpang dalam memilih bus pariwisata yang aman dan layak.
“Nantinya, saya berharap pemerintah bisa menerbitkan standar penilaian berupa rating bus, rentang nilai tersebut memuat berbagai aspek yang mencakup fasilitas, keamanan, perijinan dan lain sebagainya, sehingga calon penumpang akan lebih mudah dalam memilih bus,” ucap Wildan.
Dia mengatakan bila belajar dari kasus kecelakaan di Tebing Bego Bantul korban yang meninggal dunia cukup banyak, padahal kecelakaan tersebut tidak begitu parah.
“Jumlah korban jiwa cukup banyak, seharusnya bila bus dilengkapi dengan fitur keselamatan seperti sabuk keselamatan, korban jiwa tidak akan sebanyak itu,” ucap Wildan.
Selain sabuk keselamatan yang tidak ada di bus tersebut, bodi bus juga banyak yang terlihat sudah keropos. Tentu saja hal itu akan membuat perlindungan kepada penumpang berkurang.
“DItemukan bodi bus sudah banyak yang keropos, coba saja kalau bodinya masih kokoh maka penumpang akan lebih terlindungi,” ucap Wildan.
Dia juga mengatakan dari temuan lainnya, kaca bus tersebut tidak dilengkapi dengan safety glass yang artinya pecahan kaca tersebut dapat membuat penumpang celaka.
“Kaca bus seharusnya terbuat dari safety glass, jika tidak maka kaca bus bisa menjadi mesin pembunuh yang sangat ampuh, pecahan kaca tersebut tentu bisa membuat penumpang tertusuk dan lain sebagainya,” ucap Wildan.
Jadi, untuk saat ini penumpang bus masih kesusahan dalam menilai kualitas bus yang akan ditumpanginya. Penumpang hanya bisa memperhatikan fasilitas perjalanan dan harga tiketnya saja, padahal fitur keselamatan bus juga penting untuk diperhatikan.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/12/02/110200515/belum-ada-tips-mudah-memilih-bus-pariwisata-yang-aman