JAKARTA, KOMPAS.com - Konversi sepeda motor merupakan salah satu upaya pemerintah yang dipercaya mampu mendorong percepatan penggunaan kendaraan bermotor listrik di dalam negeri.
Hanya saja untuk mengoptimalisasikannya, seperti dikatakan oleh Menteri Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, perlu ada dorongan investasi baru dan peningkatan produksi untuk menurunkan harga komponen utama konversi seperti baterai serta motor listrik.
Mengingat, komponen baterai, motor listrik/BLDC, dan controller kini masih diimpor dari beberapa negara tertentu. Padahal bagian tersebut berkontribusi cukup besar terhadap penentuan harga suatu kendaraan listrik.
"Industri lokal perlu untuk mengembangkan komponen utama, yaitu baterai, motor listrik, dan controller. Ini tengah dilakukan oleh tiga perusahaan nasional," kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (22/11/2022).
"Saat ini perkembangan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) komponen utama motor listrik BLDC adalah sebesar 69 persen, controller 35,82 persen, dan baterai 11,95 persen," lanjut Arifin.
Ia menyatakan apabila sel baterai sudah diproduksi di dalam negeri maka TKDN dapat mencapai 60 persen sampai 90 persen. Situasi ini bergantung pada tingkat kedalaman manufaktur baterai dan komponennya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM bersama Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan instansi terkait lainnya tengah melakukan uji coba konversi motor bekas menjadi motor listrik.
Tercatat sedikitnya terdapat 127 unit kendaraan roda dua yang melakukan konversi. Dari jumlah itu, sebanyak 22 di antaranya telah mendapatkan dokumen berupa STNK dari Korlantas Polri.
Kegiatan konversi tersebut, dilakukan di 49 bengkel yang telah diberi pelatihan resmi oleh Kementerian ESDM, tersebar di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta.
"Pertumbuhan kendaraan berbahan bakar BBM kecenderungannya naik terus, informasi dari Korlantas Polri, total kendaraan roda dua berbahan bakar BBM itu ada 120 juta unit dan itu kencenderungannya naik terus 4-5 persen per tahun serta mobil BBM ada 20 juta lebih yang kecenderungannya juga naik terus," sambung Arifin.
"Sementara permintaan BBM-nya semakin tinggi. Maka impor kita makin banyak, subsidi makin besar," kata dia lagi.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bila tantangan konversi ialah harga yang masih belum bersaing. Oleh karena itu, pemerintah kini menyiapkan sejumlah insentif agar bisa mendorongnya.
"Formatnya lagi dipikirkan. Kita enggak ingin mensubsidi pada tempat yang salah makanya kita akan perhatikan karena subsidi itu tidak terhadap motor baru saja tapi juga motor konversi," kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/11/25/072200115/dorong-konversi-motor-listrik-esdm-sebut-butuh-investasi-baru