JAKARTA, KOMPAS.com - Jepang dikabarkan akan mengikuti langkah Amerika Serikat (AS) untuk tidak lagi bergantung pada China. Langkah ini tentu akan berdampak pada industri otomotif.
Dikutip dari Nikkei Asia, Rabu (26/10/2022), beberapa perusahaan Jepang bersiap untuk 'zero-China' alias tidak lagi mengimpor produk atau komponen dari China.
Bahkan, disebutkan bahwa belakangan ini Honda Motor sudah mulai melakukan restrukturisasi pabrik secara besar-besaran agar bisa membangun mobil dan motor menggunakan komponen dari China sesedikit mungkin.
Mengutip Asiatimes.com, Rabu (26/10/2022), jika Jepang menerapkan kebijakan tersebut, maka Jepang bisa mendapatkan kerugian hingga 53 triliun yen.
Menurut Profesor Yasuyuki Todo dari Universitas Waseda, menggunakan superkomputer Fugaku Jepang, 'zero-China' akan mendatangkan malapetaka pada ekonomi negara.
Tanpa suku cadang dan bahan yang diimpor dari China, produksi elektronik konsumen, mobil, pakaian, dan barang-barang lainnya dapat terhenti hanya dalam dua bulan.
Mengganti pemasok juga akan memakan biaya yang tinggi. Menurut perkiraan Owls, perusahaan konsultan yang berbasis di Tokyo, langkah tersebut dapat mengakibatkan kenaikan harga komputer sebesar 50 persen dan smartphone hingga 20 persen.
Meski demikian, beberapa perusahaan Jepang sudah mulai berinvestasi untuk membangun pabrik baru di negaranya, untuk mengurangi ketergantungan pada China.
Tak menutup kemungkinan nantinya harga mobil dan motor yang diimpor dari Jepang juga akan mengalami kenaikan. Sebab, harga produksinya juga mengalami penyesuaian harga.
Masih banyak mobil yang dipasarkan di Indonesia yang diimpor secara utuh dari Jepang, baik oleh PT Honda Prospect Motor (HPM), PT Toyota Astra Motor (TAM), PT Astra Honda Motor (AHM), dan lainnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/10/26/174100315/jepang-tidak-ingin-bergantung-pada-china-harga-kendaraan-bisa-naik