Mitos atau Fakta, Karena Koil Bermasalah BBM Mobil Bisa Boros?

SEMARANG, KOMPAS.com - Pada mesin mobil injeksi, pengapian mesin dan kompresi bahan bakar, pengaturan kerja masing-masing komponen mengandalkan electronic control unit (ECU). 

Masalah mobil yang kaitannya pada konsumsi bahan bakar, menandakan adanya malfungsi komponen di sistem pembakaran dan saluran bahan bakar. 

Banyak analisa yang menyebutkan kerusakan koil bisa jadi biang kerok mobil menjadi boros bahan bakar. 

Secara teori, koil merupakan komponen penghantar arus listrik menuju ruang bakar. Karena itu, jika lonjakan arus tidak normal, percikan api yang dihasilkan busi jadi kecil. 

Kempes Pemilik Bengkel Mobil Anugrah Abadi Karangawen mengatakan, konsumsi bahan bakar bisa naik 40 persen jika pengapian mesin abnormal. 

"Pasokan bahan bakar dan udara kebutuhan mesin tidak seimbang. Karena kinerja satu silinder mesin tidak berjalan, kompresi ruang bakar kosong," ucap Kempes kepada Kompas.com, Jumat (21/10/2022). 

Kompresi mesin pada satu silinder bermasalah itu, memaksa ECU mencampurkan udara lebih banyak.  Istilahnya, miskin campuran bahan bakar, mesin merespon dengan memajukan timming pengapian. 

Bukan makin irit, sebaliknya bensin jadi boros karena pasokan BBM di alirkan silinder lain supaya pembakaran berjalan normal. 

"Beda sama mobil tua yang pakai koil 1 buah, model koil on plug, bermasalah satu saja pembakaran pincang. Nah, sistem informasi ECU menyesuaikan sebelum koil benar-benar mati, menyesuaikan campuran bahan bakar dan udara," kata dia. 

Kepala Bengkel Nasmoco Majapahit Semarang Bambang Sri Haryanto mengatakan, masalah sistem pengapian mesin tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. 

Sebelum mati total, koil yang rusak bisa dikenali dari asap knalpot pedih di mata dan konsumsi bahan bakar jauh lebih boros dari biasanya. 

"Gejala akselerasi menurun belum terasa, awal-awalnya ditandai konsumsi BBM naik 2-3 km per liter jika menghitung dari rata-rata konsumsi BBM lewat multi information display (MID). Asap knalpot terasa pedih, ada perbedaan kualitas emisi gas buang," kata Bambang.