SEMARANG, KOMPAS.com - Aksi lempar batu menghantui pengendara yang melintas di ruas Jalan Tol Semarang-Solo.
Empar mobil jadi korban aksi pelemparan batu yang terjadi di KM 460, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.
Kapolres Semarang AKBP Yovan Fatika menjelaskan, ada sejumlah titik rawan yang jadi perhatian petugas di sepanjang ruas jalan tol.
"Kita siagakan jajaran polsek yang dilalui jalan tol, yakni Bawen, Bergas, Tuntang, Pabelan, Ungaran, Tengaran, dan Susukan," jelasnya, dikutip Regional Kompas.com, Jumat (21/10/2022).
Insiden pelemparan baru di jalan tol bukan yang pertama kali. Pada Juni 2022 juga terdapat kasus yang sama di area Bekasi Timur.
Belajar dari kejadian tersebut, Jusri Pulubuhu, Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) mengingatkan para pengendara untuk meningkatkan level waspada.
Selain itu, ada teknik lain untuk menghindari terkena lemparan batu yang dilakukan oknum tak bertanggung jawab. Contoh dengan mengasah kemampuan panca indra penglihatan.
Tak hanya memastikan visibilitas yang baik, namun juga diharapkan respon kemampuan mata bisa menganalisa risiko-risiko yang mungkin terjadi sebagai langkah antisipasi.
Menurut Jusri, ada dua zona kemampuan mata dalam melihat sesuatu dalam konteks safety driving dengan asumsi mata yang masih normal.
“Pertama disebut sebagai zona melihat dan yang kedua adalah zona analisa. Kedua hal ini memiliki peran penting sebagai langkah mewaspadai akan adanya risiko yang bisa saja terjadi atau menimpa,” ucap Jusri.
Jusri menjelaskan, zona melihat atau seeing zone, adalah ketika mata melihat sesuatu tetapi kondisinya masih samar-samar, atau belum mengenal secara pasti dan berada di rentang waktu antara 30-120 detik ke depan.
Asumsi dalam kondisi tersebut, mobil dikendarai dengan kecepatan 100 kpj. Maka waktu akan sama dengan jarak 840 meter hingga 2,8 km ke depan atau menuju objek yang dilihat secara samar-samar tadi.
Sedangkan untuk zona analisa atau planning zone, berada di jarak antara 12-15 detik ke depan. Pada zona ini mata tak lagi hanya bisa melihat jelas, namun otak sudah mulai mengenali secara jelas atas objek-objek yang sebelumnya samar.
Pada fase ini, analisa pengemudi akan mulai bekerja, bahkan merencanakan keputusan yang dilakukan. Dengan kata lain, pengendara mengenal adanya ancaman atau bahaya, maka keputusan memperlambat atau berpindah lajur akan muncul.
“Kondisi tersebut asumsinya terjadi pada kendaraan yang berjalan 100 kpj, maka range waktu ini bila dikalkulasikan sama dengan jarak 336 meter hingga 420 meter ke depan atau menuju objek,” kata jusri.
Jusri menyarankan, apabila pengendara sudah mulai mengenal adanya ancaman atau bahaya, sebaiknya langsung mengambil langkah sigap.
“Mulai dengan memastikan kondisi sekitar dari kaca spion, kurangi laju kendaraan, pindah ke jalur lambat, hingga menurunkan sun protector bila digunakan saat berkendara siang hari,” katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/10/21/103100215/belajar-dari-insiden-pelemparan-batu-di-jalan-tol-semarang-solo