JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai salah satu pemain kendaraan niaga terutama bus di Indonesia yakni Mercedes Benz sampai saat ini belum turut bermain di pasar bus listrik.
Padahal berbagai operator sudah menantikan bus listrik dari merek Jerman tersebut bisa mengaspal di Indonesia. Tapi sayangnya, PT Daimler Commercial Vehicles Indonesia (DCVI) yang jadi APM Mercedes Benz Trucks & Bus masih terkendala aturan dan regulasi.
President Director PT DCVI Naeem Hassim mengatakan, DCVI siap membawa bus listrik ke Indonesia, namun ada peraturan mengenai biaya impor sasis bus listrik yang cukup tinggi, yakni 40 persen.
"Tentu Pemerintah punya peraturan dan regulasi. Biaya untuk bawa sasis bus listrik ke Indonesia adalah 40 persen, ini sangat tinggi untuk konsumen," ucapnya di Jakarta, Selasa (26/9/2022).
Tujuan Naeem untuk di Indonesia adalah bukan cuma menjual bus listrik secara utuh (CBU), tapi berencana untuk merakitnya di Indonesia. Namun tentu beberapa unit awal harus diimpor dahulu untuk lihat kemungkinan CKD atau IKD.
"Ini yang sedang kita bicarakan dengan pemerintah, izinkan kami bawa beberapa unit, jadi kita bisa CKD dan IKD, nanti kita lihat bagaimana kita bisa memproduksinya dan membawa volume yang besar di tahun mendatang," ucap Naeem.
Jadi nantinya bus listrik yang datang secara CBU akan dites di Indonesia dan dilihat potensi perakitan lokal. Tentu saja langkah seperti ini bisa meningkatkan kemampuan SDM di Indonesia, bukan cuma impor secara utuh.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/09/28/104200115/soal-bus-listrik-mercedes-benz-pilih-opsi-ckd-atau-ikd