Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Impresi Geber Hyundai Stargazer Malang-Solo

JAKARTA, KOMPAS.com - Jadi pemain baru di segmen low multi purpose vehicle (LMPV) Tanah Air, Hyundai menyajikan Stargazer tak hanya dengan desain yang futuristik, tapi juga tenaga dari dapur pacunya.

Usai merasakan jadi penumpang di baris kedua dan ketiga pada hari pertama, giliran redaksi Kompas.com mendapat jatah mengendarai MPV murah buatan Cikarang, Jawa Barat ini, dengan rute Malang, Surabaya, dan Solo.

Menyambung artikel sebelumnya, unit yang redaksi kendarai masih Stargazer Prime yang merupakan kasta tertinggi dengan pilihan konfigurasi jok baris kedua captain seat. Secara sajian fitur, varian ini juga yang terlengkap.

Perjalanan diawali menempuh jalur utama Kota Batu, Malang, dengan tujuan jalan tol ke Surabaya. Pada kesempatan ini, redaksi mencoba mengendarai Stargazer dengan dua mode berkendara, yakni Normal dan Eco.

Sensasi tarikan pada mode Eco memang tak seagresif normal, namun cukup untuk membawa Stargazer melintasi jalan berliku serta sedikit kepadatan lalu lintas. Saat mulai disajikan rute sedikit menanjak dan turunan, baru berpindah ke mode normal dengan tetap mempertahankan tuas transmisi pada posisi drive (D).

Mulai dari perjalanan awal sudah terasa karakteristik dari kemudi Stargazer cukup ramah untuk dikendarai. Kemudi juga sudah memiliki fitur tilt and telescopic sehingga memudahkan pengendara mendapatkan posisi nyaman.

Sebagai mobil keluarga dengan desain boxy di bagian belakang, ternyata rival baru Xpander dan Veloz ini bisa dibilang memiliki handling yang baik.

Karakter kemudinya tak terlalu kaku dan juga enteng, alias terasa pas. Tentu hal ini berkat keberadaan electronic power steering serta komponen pada sektor kaki-kaki, seperti roda dan suspensi yang punya set cukup baik.

Namun demikian, ada poin negatif yang redaksi dapat saat jadi pengendara, yakni munculnya titik buta atau blind spot pada pada pilar A. Tepatnya pas tulangan melandai di bagian kaca samping.

Kondisi ini tanpa disadari sangat mengganggu. Meski visibilitas depan tersaji apik, namun ketika akan melakukan u-turn, pengendara akan sangat sulit melihat objek di luar, apalagi desain depan Stargazer juga lebih pesek dari pesaingnya.

Masuk ke jalan tol, dari normal redaksi langsung mengganti ke mode Smart yang diklaim dapat menyesuaikan interval perpindahan gigi sesuai kebutuhan pengendara.

Efeknya memang laju mobil langsung terasa lebih enteng saat mulai bermain di putaran rpm yang lebih tinggi.

Stabil dan Responsif

Hyundai Stargazer dibekali mesin berkubikasi 1.497 cc MPI yang digadang-gadang mampu memproduksi tenaga sebesar 115 ps atau 113 tk pada 6.300 rpm, dan torsi sebesar 143,8 Nm pada putaran 4.500 rpm.

Penasaran dengan tenaga yang ditawarkan, redaksi sedikit melakukan eksplorasi dengan memindahkan mode berkendara ke Sport. Kebetulan kondisi jalan tol cukup kondusif, dalam arti masih sepi.

Bergeser ke Sport, tampilan layar speedometer juga berubah menjadi merah, seiring dengan rpm yang langsung bermain di putaran tinggi. Hal ini seakan menegaskan Stargazer siap untuk diajak lebih responsif.

Hasilnya tak meleset dari perkiraan, pedal gas terasa lebih padat. Tenaga seakan siap untuk didistribusikan kapan pun kaki menekan pedal, tapi memang makin tinggi putaran mesin, suaranya makin meresap ke dalam kabin.

Tak butuh waktu lama Stargazer melesat hingga 120 kilometer per jam (kpj) saat pedal gas di kickdown dari posisi 50 kpj. Tenaganya terus tergisi, terutama pada putaran atas di kisaran 4.000 sampai 5.000 rpm.

Bisa dipastikan napas masih panjang, namun mengingat pengujian dilakukan di jalan umum dengan tingkat risiko yang besar. Redaksi pun memutuskan menurunkan kecepatan.

Jujur saja, selain tenaga, redaksi juga cukup terkesan dengan transmisi Intelligent Variable Transmission (IVT) yang bisa dibilang cukup smooth. Hampir tak ada hentakan, bahkan jarum rpm bisa tetap stabil.

Pengendara yang membutuhkan tenaga lebih responsif bisa menggeser tuas transmisi ke mode manual, dan mangatur sendiri tiap perpindahan gigi virtual yang dihadirkan pada Stargazer.

Ketika mengeber pada kecepatan di atas 100 kpj, gejala limbung dan body roll sangat minim sehingga mobil terasa stabil. Kemungkinan karena jenjang Stargazer yang tak terlalu tinggi dibandingkan rivalnya.

Saat melanjutkan perjalanan menuju Solo, redaksi memilih menikmati mode berkendara Smart dengan gaya mengemudi cenderung santai dengan cruise control. Berdasarkan MID, hasil konsumsi bahan bakar rata-rata yang redaksi dapat sekitar 12 kpl.

Dari hasil pengujian singkat, secara performa Stargazer masih dalam kategori cukup untuk sebuah mobil keluarga, bisa dibilang 11-12 dengan rival utamanya. Apalagi Hyundai menyematkan banyak fitur keselamtan aktif dan asisten dalam berkendara yang tersemat pada Smartsense.

Hal ini menjadi nilai tambah bagi Stargazer, meski tetap ada beberapa plus-minus. Baik dari segi desain, sampai kenyamanan berkendara yang tereduksi akibat area blind spot.

Nah, untuk mengulas lebih detail lagi soal kenyamanan, fitur, performa, sampai sisi efisiensi bahan bakar, tentu nantinya redaksi bakal melakukan pengujian mandiri setelah unitnya tersedia.

https://otomotif.kompas.com/read/2022/09/07/143100315/impresi-geber-hyundai-stargazer-malang-solo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke