SEMARANG, KOMPAS.com - Bahan bakar Solar yang di desain khusus bagi mobil diesel terbagi dalam beberapa jenis untuk pasar Indonesia.
Satuannya dilihat berdasarkan nilai cetane number (CN), makin tinggi angkanya maka kandungan sulfurnya makin rendah.
Jenis mobil diesel commonrail sesuai spesifikasi wajib menggunakan bahan bakar dengan cetane number (CN) 51. Pasalnya, kompresi mesin yang dihasilkan lebih besar, sehingga membutuhkan bahan bakar berkualitas.
Penggunaan bahan bakar yang tidak cocok konsekuensinya usia pakai komponen bakal lebih singkat. Salah satunya injektor yang tersumbat.
Kalibrasi injektor tiap silinder yang tidak seimbang berdampak pada pembakaran mesin yang pincang.
Lantas apa perbedaan mendasar jenis-jenis solar dilihat dari nilai CN?
Dosen Konversi Energi Otomotif Universitas Negeri Semarang (Unnes) Widya Aryadi menjelaskan, bahan bakar berkualitas tinggi meningkatkan kinerja ruang bakar mesin. Sehingga, tekanan kompresi mesin seimbang. Dampaknya efisiensi bahan bakar terjaga dan tenaga mesin stabil.
"Bahan bakar kualitas baik berdampaknya positif terhadap pembakaran mesin. Pembakaran bagus dan komponen utama mesin bisa awet," ucap Widya, kepada Kompas.com, Selasa (6/9/2022).
Kandungan sulfur yang relatif rendah. Sangat ramah bagi komponen utama pada jalur bahan bakar. Sebab, dengan kotoran dan sulfur yang tinggi pasokan bahan bakar ke injektor berisiko terhambat.
Salah satu saja komponen jalur bahan bakar tersumbat kotoran, kalibrasi tekanan injektor masing-masing silinder bisa tidak seimbang.
"Urut, tangki bahan bakar, filter solar, baru injektor. Salah satu komponen itu mampat pasokan bahan bakar yang dibutuhkan mesin terhambat," kata dia.
Widya melanjutkan, mesin yang terus-menerus menenggak bahan bakar kualitas rendah dampaknya bakal ebih parah.
Bahkan, suku cadang di luar jalur bahan bakar bisa ikut terpengaruh. Komponen exhausted gas recirculation (EGR) berpotensi tersumbat.
Kotoran dan jelaga sisa pembakaran mesin menumpuk, dampaknya tarikan mesin loyo.
"Solar kualitas rendah begitu masuk ke jalur pembuangan knalpot kotoran menumpuk di EGR. Konsekuensinya, untuk membuang jelaga, mesin butuh power lebih," tutup Widya.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/09/06/183100915/mengenal-beda-bio-solar-dexlite-dan-pertadex-untuk-mesin-diesel