Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Biar Skutik Jarang Mampir ke SPBU, Perhatikan 5 Hal Ini

SEMARANG, KOMPAS.com - Penggunaan sepeda motor matik alias skutik saat ini meningkat cukup signifikan. Alasan utama karena praktis dan mudah digunakan. 

Meski begitu, anggapan bahwa konsumsi bahan bakar minyak (BBM) skutik lebih boros sudah menjadi hal yang biasa. Tapi hal itu bisa benar bisa tidak, semua disesuaikan dengan baragam faktor, seperti perawatan, pemakaian, dan lainnya.

Tak bisa dipungkiri, perawatan menjadi hal yang sangat berpengaruh pada efisiensi bahan bakar. Dengan begitu, skutik bakal jarang mampir ke SPBU untuk membeli BBM.

Lantas apa saja yang harus diperhatikan? 

Menurut Kepala Bengkel Honda Zirang Motor Nurhadi Muslim, konsumsi bahan bakar skutik bisa irit atau sebaliknya, ditentukan perawatan rutinnya.

Berikut beberapa hal yang bisa diperhatikan pengguna skutik ;

  • CVT 

Tugas CVT dalam rangkaian mekanisme kerja transmisi skutik digunakan untuk menyalurkan tenaga mesin sampai ke roda. Dalam sistem transmisi CVT ada beberapa komponen yang saling berhubungan.

Terdapat roller CVT, V-belt, dan kampas kopling ganda yang wajib di perhatikan. Bila tidak akan berimbas pda tenaga mesin dan konsumsi bahan bakar. 

Nurhadi menjelaskan, perawatan wajib yang harus diperhatikan bisa dengan rutin cek kondisi fisik komponen satu persatu. Setelah itu, mengikuti jadwal perawatan berkala untuk melakukan pergantian komponen setiap jarak tempuh yang telah direkomendasikan. 

"Setiap jarak tempuh 8.000 kilometer (km) bisa dilakukan pembersihan komponen. Termasuk memastikan apakah kondisi fisik masih bagus atau tidak. Kemudian perawatan berikutnya melakukan pergantian komponen berkala setiap 24.000 km," kata dia. 

  • Filter Udara 

Filter udara skutik yang kotor berpengaruh terhadap performa mesin dan konsumsi bahan bakar. Debu yang menumpuk bikin tarikan motor jadi berat.

Otomatis, data informasi ECU akan menyesuaikan ulang kebutuhan pasokan bahan bakar dan campuran udara. 

Seperti di ungkapkan Rofiudin Kepala Bengkel Honda Nusantara Sakti Penggaron. Menurutnya, filter udara sangat penting diperhatikan kondisinya.  

"Debu dan kotoran yang menempel di filter bisa membuat konsumsi BBM boros. Perbandingan udara dan bahan bakar yang masuk ke mesin menjadi tidak ideal, sehingga bahan bakar pada sepeda motor akan terasa boros," ujar Rofiudin. 

  • BBM 

Pilihan penggunaan bahan bakar juga tak boleh disepelekan. Dengan mengikuti rekomendasi pabrikan, menggunakan bahan bakar berkualitas baik durabilitas komponen mesin bisa terjaga. Manfaat paling terasa konsumsi BBM lebih irit. 

Bisa dibilang ada manfaat ganda, bukan cuma jangka panjang tapi paling utama jangka pendek. Sebaliknya, bila sering mengkonsumsi bahan bakar oktan rendah, yang ada mesin bisa ngelitik. Penyebabnya, kerak karbon ruang bakar menumpuk. 

"Kerak karbon terjadi karena ada sisa bahan bakar gagal terbakar. Endapan dalam jangka waktu tertentu mengganggu sistem pembakaran. Timming pengapian mesin menyesuaikan ulang campuran yang seimbang," ujar Kepala Bengkel Yamaha Mataram Sakti Mranggen Herta Arcadia kepada Kompas.com, Selasa (6/9/2022). 

  • Tekanan Udara Ban 

Tekanan udara ban yang kurang alias ban kempis bisa sangat berbahaya. Handling berkendara tidak bisa maksimal hingga menyebabkan pengendalian jadi berat. Selain itu, membiarkan ban motor kempis bisa berdampak buruk terhadap konsumsi BBM. 

Hal tersebut di ungkapkan Product Development Manager Otobox Supermarket Ban Indonesia Aan Nugroho.

Logikanya, gaya gesek ban dan permukaan aspal yang besar kinerja mesin jadi bertambah berat. Bahkan, bisa dibilang hampir dua kali lipat dari sebelumnya. 

"Ban dengan tekanan udara kurang dari standar bobot putaran roda jadi berat. Gaya sentrifugal permukaan ban dan aspal jadi bertambah besar. Mesin membutuhkan tenaga lebih dari biasanya, terutama pas awalan start," ucap Aan. 

  • Sistem Pengapian

Keseluruhan sistem pengapian mesin terdiri dari beberapa komponen yang saling tersinkronisasi. Jika salah satu komponen saja bermasalah, dampaknya bisa mengganggu kinerja komponen utama lainnya. 

Dengan begitu, perawatan komponen pengapian tak boleh disepelekan. Salah satunya busi, secara umum tugasnya sebagai pemantik api dan penghantar listrik ke dalam ruang bakar. 

Biasanya, standar patokan busi layak pakai atau tidak bisa dilihat dari kondisi ujung elektroda. Kotoran yang menumpuk pengapian jadi tidak stabil. 

"Kalau pakai aturan bengkel resmi ganti busi baiknya tiap 6.000 km. Pembakaran yang tidak sempurna konsumsi BBM otomatis jadi boros," kata Rofiudin lagi. 

https://otomotif.kompas.com/read/2022/09/06/123100515/biar-skutik-jarang-mampir-ke-spbu-perhatikan-5-hal-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke