JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Sigit Kumala memprediksi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite di Indonesia bisa berdampak pada penjualan motor baru.
Pasalnya saat ini Pertalite yang memiliki tingkat oktan 92 atau RON 92 masih menjadi BBM andalan para pengendara roda dua nasional. Sehingga apabila terjadi suatu gejolak pada harganya, maka pasar akan terdampak.
"Tergantung kenaikan harganya seberapa besar, ya. Kalau seperti tahun 2005 (naik 30 persen), malah ber-impact penurunan penjualan," kata dia kepada Kompas.com belum lama ini.
Sehingga pemerintah perlu menimbang secara bijak apabila memang subsidi pada BBM jenis Pertalite harus dikurangi yang mengakibatkan keniakan harga secara nasional.
Seperti diketahui, penjualan sepeda motor domestik kini sedang kembali dalam tren positif setelah terjadi penurunan signifikan imbas krisis pasokkan cip semikonduktor pada May 2022 dari 439.472 unit jadi 248.235 unit.
Melansir data AISI, per-Juli 2022 terpantau penjualan motor nasional naik 10,16 persen secara bulanan dari 296.34 unit menjadi 326.452 unit. Tetapi torehan ini belum kembali normal, setidaknya dari tahun lalu yang mencapai 376.640 unit.
Adapun rencana kenaikan harga BBM Pertalite pada tahun ini, diperkirakan naik hingga Rp 10.000 (30,7 persen) dari sebelumnya hanya Rp 7.650 per liter. Tapi keputusan ini belum final, pemerintah masih merumuskan kebijakan terbaik.
Sebagai informasi, pada awal pemerintahan Presiden SBY tahun 2005, harga BBM jenis Premium mengalami kenaikan dari Rp 1.810 per liter menjadi Rp 2.400 per liter, atau naik 32,5 persen.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/08/29/091200815/jika-harga-bbm-pertalite-naik-penjualan-motor-baru-bisa-turun-lagi