SEMARANG, KOMPAS.com - Meski kecil, tapi busi memiliki perang penting sebagai salah satu sumber tenaga pada kendaraan, termasuk sepeda motor.
Karena itu, bila kondisinya sudah tak optimal, atau masa pakainya memang sudah habis, akan mempengaruhi performa mesin.
Sayangnya, tak sedikit pemilik motor yang masih salah kaprah dalam memilih busi bagi motornya. Banyak yang menganggap jenis matik dan manual punya busi yang sama saja.
Padahal, sesuai pedoman buku pemilik kendaraan motor matik dan manual memiliki spesifikasi busi yang berbeda bisa dibaca dari kode angka pada bagian tengah busi.
Shokib, Pemilik Bengkel Malam mengatakan, kode huruf dan angka yang tertera di busi bukan cuma hiasan, karena itu merupakan petunjuk soal kriterianya.
"Makin rendah suhu ideal pembakaran mesin, menggambarkan rasio kompresi semakin tinggi. Misalnya, bila kode busi tertulis angka 22 U artinya suhu ideal kerja mesin minimal 22 derajat celcius," ucapnya kepada Kompas.com, belum lama ini.
Lebih lanjut dia menjelaskan, diameter ulir busi juga berbeda, untuk motor matik jumlah kumparan elektroda lebih banyak sehingga ujung busi lebih panjang.
Hal yang sama juga di ungkap Kepala Bengkel Honda Nusantara Sakti Pengharon Rofiudin yang menjelaskan motor matik maupun manual tidak boleh sembarang memilih busi. Efeknya, akan bisa dirasakan langsung dengan power akselerasi tenaga mesin yang turun.
Umumnya, dari gas buang sisa pembakaran dan jelaga kotoran ujung knalpot bisa mengindikasikan konsumsi bahan bakar boros. Rasio campuran setelan udara tidak seimbang sehingga asap knalpot bau menyengat.
"Ujung elektroda busi menyebabkan percikan api di ruang bakar, jika nyala api kecil akan berpengaruh ke performa mesin. Bisa dilihat dari warna busi setelah motor digunakan, jika putih artinya kurang campuran bahan bakar, sebaliknya, bila warnanya kecokelatan rasio perbandingan udara dan bahan bakar dalam ruang bakar tepat," tuturnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/06/29/173100915/beda-busi-motor-manual-dan-skutik-