KARAWANG, KOMPAS.com -Teknologi elektrifikasi pada kendaraan sudah mulai banyak populasinya di Indonesia. Misalnya ada hybrid, plug-in hybrid, serta mobil listrik berbasis baterai.
Berbagai merek pun sudah memasarkan produk elektrifikasinya, seperti Toyota dengan hybrid dan plug-in hybrid, serta Hyundai yang mengandalkan Ioniq 5 dan Nissan Leaf sebagai mobil listriknya di Indonesia.
Pemerintah sendiri sudah memberikan insentif yang tertulis pada PP Nomor 73 Tahun 2019 dan PP Nomor 74 Tahun 2021, untuk mobil listrik berbasis baterai, akan mendapatkan PPnBM 0 persen.
Namun, bisa dilihat sendiri kalau harga mobil listrik di Indonesia masih tinggi. Setidaknya pembeli harus menyiapkan uang di atas Rp 600 juta untuk bisa membawa pulang mobil listrik.
Bob Azam, Direktur Corporate Affairs PT TMMIN mengatakan, menyediakan mobil yang emisinya rendah namun dengan harga yang terjangkau menjadi tantangan produsen kendaraan di Indonesia.
Menurutnya, aturan saat ini lebih menguntungkan untuk orang yang mampu membeli mobil listrik. Sedangkan untuk kalangan menengah ke bawah yang tidak bisa membeli mobil listrik malah tidak mendapatkan insentif.
"Salah satu persoalannya, bagaimana kita menyediakan teknologi yang bisa diakses masyarakat. Sebab kalau dibiarkan, ini kayak orang yang mobilnya premium dikasih insentif yang mobilnya low segment dikasih penalty karena emisi," ucap Bob di Karawang, Kamis (19/5/2022).
Oleh karena itu, Bob menjelaskan kalau Toyota lebih memilih untuk menghadirkan mobil hybrid terlebih dahulu. Menurutnya, mobil hybrid punya perbedaan yang tidak terlampau jauh dengan mesin biasa.
"Sebagai industri otomotif kita bertanggung jawab bagaimana menyediakan teknologi yang bisa dijangkau harganya. Makanya kita muncul dengan hybrid. Hybrid kan beda harganya enggak terlalu besar, kaya manual ke matik lah," kata Bob.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/05/21/104200015/toyota-ingin-buat-teknologi-mobil-yang-bisa-dirasakan-masyarakat