JAKARTA, KOMPAS.com - Sopir bus maut PO Ardiansyah yang menewaskan 14 penumpang disebut sempat terlelap dua menit saat mengemudi di Jalan Tol Surabaya – Mojokerto, Senin (16/5/2022).
Ketua Sub Komite Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan, kondisi yang dialami Ade dimungkinkan adalah deep sleep. Sebab, sebelum menabrak VMS hingga pecah ban, sopir dalam kondisi tidak sadar.
Padahal bus sempat bergesekan dengan guardrail sekitar 100 meter.
“Sebenarnya bukan micro sleep, bisa jadi deep sleep dia, (sopir) jadi tertidur sehingga ketika kendaraan menabrak guardrail dan segala macam sampai menabrak batu pondasi VMS hingga pecah ban dia tidak terasa, jadi benar-benar pulas,” ucap Ahmad, dikutip dari Kompas.com, Jumat (20/5/2022).
Untuk menghindari kejadian seperti ini, sudah seharusnya pengemudi memperhatikan durasi maksimal saat mengemudi.
Founder and Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, durasi maksimal bagi manusia berada di balik kemudi mobil disarankan 3 jam, baik dalam kondisi lancar maupun macet.
“Sebaiknya setiap 3 jam kita melakukan istirahat. Karena jika lebih dari 3 jam, pengemudi akan merasa lelah dan jenuh yang bisa membuat hilangnya konsentrasi,” ujar Jusri.
Jusri melanjutkan, bagi yang melakukan perjalanan lewat tol, wajib istirahat di rest area. Hindari berhenti di bahu jalan, karena berbahaya bagi diri sendiri maupun pengguna jalan lain.
“Selama beristirahat, pengemudi bisa melakukan aktivitas ringan seperti melakukan peregangan atau berjalan-jalan di rest area. Bisa juga dengan shalat, makan, atau tidur sejenak untuk mengembalikan konsentrasi,” katanya.
Jusri menyarankan, pengemudi setidaknya beristirahat selama 30 menit, setelah itu sudah bisa melakukan perjalanan kembali.
“Nanti istirahat lagi kalau sudah 3 jam. Sebaiknya kalau menyetir sudah lebih dari 12 jam, cari penginapan untuk istirahat yang lebih maksimal,” ucap Jusri.
Jusri juga mengingatkan, jam-jam krusial terjadinya kecelakaan ada pada waktu pergantian dari sore ke malam atau dari malam ke pagi.
“Pada waktu tersebut, peluang terjadinya kecelakaan lebih tinggi dibandingkan jam-jam lainnya. Hal ini lantaran penglihatan manusia yang harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah, dari terang ke gelap atau gelap ke terang,” ucapnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/05/20/144100515/sopir-bus-maut-di-tol-sumo-ketiduran-selama-2-menit-ini-bahaya-deep-sleep