JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus kecelakaan truk memang masih sering terjadi di Indonesia. Salah satu faktor yang menyebabkan kejadian tersebut misalnya karena kelelahan.
Pengemudi truk punya waktu kerja yang berbeda dibanding pekerja kantoran. Waktu kerja mereka kadang tidak menentu, bahkan bisa 24 jam dan tanpa libur dalam seminggu.
Tapi perlu diperhatikan, walau tidak menentu, pengemudi harus bisa menentukan waktu untuk beritirahat selama bekerja. Hal ini demi kelancaran dan keselamatan si pengemudi.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah dan DIY Bambang Widjanarko mengatakan, siklus hidup pengemudi truk itu berbeda dari orang normal.
"Cara mereka tidur adalah dengan cara mencicil tidak sekaligus dalam jangka waktu lama, tapi dicicil mungkin tiap beberapa jam tidur barang 1-2 jam dulu, lalu lanjut perjalanan lagi," kata Bambang kepada Kompas.com, Senin (9/5/2022).
Selain itu, pengemudi truk sebenarnya bisa mengatur sendiri manajemen perjalanannya. Dengan begitu, bisa ditentukan kapan dan di mana waktunya untuk beristirahat selama perjalanan.
"Travel Management kan diatur sendiri oleh si sopir perusahaan tahunya cuma kasih muatan saja. Kalau dia bawanya lambat berarti ritasenya mati dan hasilnya sedikit, begitu juga sebaliknya," kata Bambang.
Mengenai ritase ini memang tidak dipungkiri berpengaruh pada pendapatan si pengemudi. Namun jangan sampai melupakan istirahat, karena kalau sudah lelah, bisa saja menyebabkan kecelakaan di jalan.
"Banyak orang beranggapan, bahwa rasa kantuk bisa dilawan dengan berkegiatan, tapi sebenarnya rasa kantuk ya obatnya hanya tidur lelap sejenak. Kalau melawan rasa kantuk dengan menyetir kan berbahaya sekali," ucapnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/05/09/191100715/sopir-truk-harus-atur-sendiri-manajemen-waktu-perjalanan