JAKARTA, KOMPAS.com - Chief Executive Officer BMW Oliver Zipse mengungkap sedikitnya ada hal penting yang berpotensi menjadi risiko apabila suatu produsen otomotif hanya mengandalkan kendaraan listrik saja.
Salah satunya, pasar yang sangat terbatas dan hanya ada pada negara-negara tertentu saja. Sementara banyak negara lain yang memerlukan dan menjual mobil bermesin bakar konvensional.
"Ketika Anda melihat teknologi yang keluar, tren electric vehicle (EV), kami harus berhati-hati. Sebab pada saat yang sama, itu berarti meningkatkan ketergantungan pada sangat sedikit negara," kata Zipse dilansir Reuters, Senin (18/4/2022).
Selain itu, pasokan bahan baku baterai sebagai komponen utama dalam kendaraan terkait sebagian besar masih dikendalikan oleh China.
Sehingga apabila terjadi suatu hal pada industri tersebut, maka sangatlah besar untuk terjadi goncangan terhadap manufaktur dan industri otomotif dunia.
"Jika seseorang tidak dapat membeli EV karena alasan tertentu tapi tetap membutuhkan mobil, apakah Anda lebih suka meminta dia untuk terus menggunakan mobil lamanya?," ucap dia.
"Jika Anda tidak menjual mesin pembakaran internal lagi, maka orang lain akan melakukannya," lanjut Zipse.
Meski demikian, Zipse tidak menampik bahwa pabrikan harus berinovasi dengan menciptakan mesin bahan bakar konvensional yang efisien dan lebih ramah lingkungan.
Perusahaan juga perlu menata manajemen bahan baku agar produksi mereka menjadi lebih efisien untuk menekan harga. Salah satu opsi yang bisa dilakukan adalah dengan menggencarkan program daur ulang.
"Berapa banyak energi yang dibutuhkan dan digunakan, serta sirkularitas itu penting demi alasan lingkungan dan ekonomi," katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/04/18/184100515/bmw-tak-mau-bergantung-pada-kendaraan-listrik