Merasakan Kenyamanan Honda City Sedan sebagai Penumpang

JAKARTA, KOMPAS.com - Kenyamanan menjadi salah satu aspek yang diunggulkan pada generasi kelima Honda City sedan yang dibawa ke pasar dalam negeri pada akhir tahun lalu.

Pasalnya, dengan tampilan yang lebih modern dan elegan, bagian terkait juga mendapatkan beberapa penyesuaian supaya perjalanan sehari-hari semakin menyenangkan.

Oleh karena itu, selain menjajal performa dan fitur pada mobil tim redaksi Kompas.com juga menguji langsung kenyamanan City sedan dari bagian penumpang belakang alias baris kedua.

Secara umum, nuansa yang dihadirkan tidak jauh berbeda dari sisi depan atau baris pertamanya. Masih kental rasa elegan tetapi lebih sederhana, tak banyak hiburan yang disematkan.

Artinya, pemegang kendali fitur hiburan di City sedan ada di penumpang bagian depan atau pengemudi. Namun, untuk urusan AC, di baris kedua kisi-kisi bisa diatur arahnya.

Kemudian, pada bagian ini Honda belum menyematkan USB port dua titik. Masih diberikan power outlet 12V berjumlah dua sehingga untuk mengisi daya gawai dibutuhkan adaptor kabel.

Walau begitu, jangan kecewa dulu karena mobil menyajikan banyak faktor pendukung meningkatkan kenyamanan, seperti ruang kaki serta kepala yang luas, tidak ada dam tinggi di tengahnya, sampai bahan jok kulit.

Lalu, kekedapan mobil juga semakin baik dari generasi sebelumnya. Hal ini terbukti ketika kami melakukan perjalanan dalam dan luar kota, tidak ada suara mengganggu yang terdengar hingga ke kabin.

Hanya suara ban yang kerap terdengar ketika mobil melaju dalam kecepatan tertentu.
Rasa nyaman juga tetap terjaga saat mobil melaju di kontur jalan yang tak rata. Ini dikarenakan pengaturan suspensi yang empuk sehingga rasa nyaman selalu hadir di setiap saat.

Sayangnya, kursi bagian kedua tidak bisa direbahkan dan diatur headrest-nya. Jadi untuk yang postur tubuhnya tinggi agaknya bakal menjadi catatan sendiri, terkhusus ketika keluar kota.

Lalu, bagian terkait juga tidak bisa direbahkan rata lantai seperti City Hatchback. Sehingga, ketika membutuhkan ruang penyimpanan lebih luas, harus putar akal kembali.