JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu modifikasi yang paling sering dilakukan oleh pemilik mobil pribadi adalah menganti pelek dan ban. Biasanya, pemilihan ukuran ban akan lebih lebar dari standar pabrikan demi tampilan mobil lebih kekar.
Jika ban lebar digunakan saat permukaan jalan kering, tentunya membuat mobil lebih mencengkeram aspal. Hal ini dikarenakan lebih lebarnya permukaan ban yang bersentuhan dengan aspal.
Namun, ban lebar ternyata punya risiko lain ketika jalan di permukaan jalan basah atau ketika lagi hujan. Salah satunya, risiko aquaplaning yang lebih mudah terjadi.
On Vehicle Test Manager PT Gajah Tunggal Tbk. Zulpata Zainal mengatakan, walaupun memiliki performa yang baik di kondisi kering, ban tapak lebar lebih rawan mengalami aquaplaning.
“Di lapangan tes GT radial, biasa dilakukan aquaplaning atau hydroplaning. Hasilnya, ban yang lebih lebar akan lebih cepat terjadinya gejala aquaplaning,” ucap Zulpata kepada Kompas.com, belum lama ini.
Zulpata menjelaskan, ban dengan tapak lebar bisa diibaratkan dengan memantulkan batu ke air. Semakin lebar dan cepat batu dilempar, maka jumlah lompatan batunya lebih banyak.
Meskipun ban dengan ukuran lebar berisiko lebih mudah mengalami aquaplaning, bukan berarti ban degan ukuran standar akan lebih aman.
Setiap ban yang melewati jalan basah atau genangan air dengan kecepatan tinggi akan berisiko mengalami aquaplaning karena kurangnya daya cengkeram ban terhadap aspal. Zulpata mengingatkan untuk tetap berhati-hati ketika mengemudi di permukaan jalan yang basah.
“Ban lebar atau tidak, sebaiknya lebih hati-hati. Karena pasti cengkeraman dan yang paling penting respons ban jadi berkurang di permukaan basah,” kata Zulpata.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/02/10/121200515/apa-benar-ban-dengan-tapak-lebar-berisiko-mengalami-aquaplaning-