JAKARTA, KOMPAS.COM – Radiator pada kendaraan khususnya mobil, bertugas untuk menjaga temperatur mesin. Komponen ini memanfaatkan air untuk mencegah panas berlebih pada mesin.
Air tersebut berperan penting dimana akan mengalir sebagai sistem pendingin. Namun beberapa pemilik mobil kerap menggunakan air tanah (sumur) untuk mengganti atau mengisi air radiator yang kuranf.
Meskipun sama-sama berbentuk cair, namun cara tersebut sangatlah tidak disarankan. Keduanya adalah cairan yang berbeda dan tidak memiliki fungsi yang sama.
“Air radiator memang medianya air yang berfungsi untuk mendinginkan mesin. Namun bukan hanya air saja. Terdapat bahan mineral kimia lain yang bisa membuatnya bersih. Kalau air tanah, bila panas akan berkerak,” kata Dealer Technical Support Dept. Head PT Toyota Astra Motor (TAM) Didi Ahadi pada Kompas.com baru-baru ini.
Mineral-mineral dari air tanah belum tentu baik untuk mesin mobil. Selain itu tidak diketahui pula apakah air tersebut murni atau tidak.
PH (derajat keasaman) air tanah juga belum tentu baik untuk mesin mobil. Jika air tanah memiliki PH yang tinggi maka sangat berbahaya bagi mesin.
Makin tinggi keasaman air, justru membuat temperatur mesin panas. Bukannya mendinginkan, cara ini justru akan memicu terjadinya overheat.
Tidak hanya itu saja, menurut Didi menggunakan air yang tidak murni pada radiator akan membuat korosif. Mineral yang terkandung di dalam air tanah dapat memicu kerak di saluran pendingin mesin.
Pendinginan tidak sempurna bila menggunakan air tanah. Cairan yang paling tepat untuk radiator adalah cairan khusus pendingin. Umumnya, cairan ini disebut water coolant.
Selain coolant, tidak ada cairan yang baik untuk kinerja radiator dalam mendinginkan mesin.
“Menggunakan cairan khusus pendingin atau coolant adalah pilihan paling baik. Cairan ini dibuat untuk mencegah korosi. Dengan begitu, radiator bekerja lebih optimal mendinginkan mesin,” tutup Didi.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/01/09/072100815/bahaya-menggunakan-air-tanah-buat-isi-radiator-mobil