Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Nasib MotoGP di Era Elektrifikasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Era elektrifikasi sudah di depan mata. Beberapa pabrikan bahkan sudah mencanangkan akan meninggalkan mesin pembakaran internal dan fokus pada kendaraan listrik.

Sementara di ajang balap MotoGP, masih menggunakan motor prototipe dengan mesin pembakaran internal. Meskipun, ada juga yang menggunakan motor listrik, yakni MotoE.

Namun, mulai 2024, para pabrikan yang berkompetisi diminta untuk menggunakan bahan bakar dengan 40 persen dari sumber energi yang berkelanjutan, baik secara sintetis atau energi biomassa.

Selanjutnya di 2027, semua bahan bakar yang digunakan di Moto3, Moto2, dan MotoGP harus berasal dari non-fosil.

Kontrak para pabrikan dengan Dorna Sports hingga 2026 dan mulai tahun berikutnya baru akan menjadi momen yang sangat penting.

Dikutip dari Speedweek.com, Jumat (7/1/2022), CEO KTM Stefan Pierer mengatakan, dirinya yakin elektrifikasi akan berlaku di bisnis roda dua masa mendatang untuk segmen jarak pendek. Sebab, keterbatasan baterai yang berat dan terlalu menuntut.

Motor Energica Eco Corsa di MotoE, untuk berat baterainya saja mencapai 100 kg. Tapi, motor listrik hanya dapat menempuh jarak 30 km.

Dorna Sports memiliki kontrak dengan FIM untuk menggelar MotoGP sampai 2041. Sejauh ini, Motorcycle Sports Manufacturers Association (MSMA) atau asosiasi pabrikan motor yang berlaga di ajang balap, menghindari topik sensitif, seperti perlindungan iklim, mengurangi polusi, atau berganti ke konsep sistem penggerak lain, seperti hybrid atau motor listrik.

Tapi, sudah tiga musim berjalan, MotoE belum begitu digemari. Selain itu, biaya pengembangan sumber penggerak alternatif tanpa bahan bakar fosil yang sangat mahal harus ditunda sejauh mungkin.

Lin Jarvis, Managing Director Yamaha Motor Racing, mengatakan, hal tersebut menjadi tanggung jawab Yamaha di Jepang untuk memikirkan topik tersebut.

"Enam pabrikan MotoGP sudah menandatangani kontrak lima tahun yang baru dengan Dorna. Kami mengasumsikan mesin 1.000 cc 4-silinder akan tetap atau sedikit berubah hingga akhir 2026," ujar Lin Jarvis.

"Tapi, kami mempelajari penggunaan e-fuel, sehingga industri kami sedang memikirkan bagaimana menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Diskusi ini sedang dilakukan sesama anggota MSA dengan Dorna di musim panas 2021," katanya.

Menurutnya, dari sisi pembakaran, industri motor berbeda dengan industri otomotif. Makanya, dia berharap mesin pembakaran internal bisa diproduksi lebih lama.

"Dengan motor, ini masalah ruang untuk baterai, berat, biaya, dan banyak alasan lain. Itulah mengapa motor listrik di jalan raya tidak bisa dibandingkan dengan jumlah mobil listrik. Tapi, itu tidak berarti pabrikan motor tidak memikirkan tentang perlindungan iklim," ujar Lin Jarvis.

Lin Jarvis mengatakan, Yamaha sudah sadar dengan masalah iklim dan telah memutuskan untuk mengurangi emisi pada 2050.

https://otomotif.kompas.com/read/2022/01/07/110200215/nasib-motogp-di-era-elektrifikasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke