JAKARTA, KOMPAS.com - Tak sekadar kemampuan berkendara, memiliki mobil juga wajib hukumnya memperhatikan kondisi kendaraan. Pasalnya, tak sedikit pengemudi yang sampai saat ini masih salah kaprah dalam merawat.
Contoh seperti menggunakan air hujan sebagai alternatif pengganti cairan aki. Cara tersebut sangat salah diterapkan, lantaran justru bisa menimbulkan kerusakan pada aki.
Didi Ahadi, Dealer Technical Support Dept. Head PT Toyota Astra Motor (TAM) mengatakan, air aki adalah cairan H2SO4 yang berbeda dengan komposisi air hujan.
“Komposisi berat dan jenis air aki berbeda dengan air hujan. Kalau diisi air hujan, maka cairan kimianya akan berubah. Cara ini sangat tidak direkomendasikan, pelatnya akan cepat rusak,” katanya pada Kompas.com, Senin (4/1/2021).
Seperti diketahui, pada aki mobil terdapat kutub positif dan negatif. Diantara kutub terdapat cairan kimia guna menghasilkan daya.
Bila aki diganggu dengan cairan selain H2SO4, maka akan menimbulkan reaksi yang tidak terkontrol.
Hal tersebbut juga diutarakan Head Product Improvement/EDER Dept Technical Service Division PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Bambang Supriadi.
Menurut Bambang, air hujan sangat tidak direkomedasikan. Cara paling baik adalah menggunakan air distilasi atau air yang telah melewati proses penyulingan.
“Untuk aki basah, gunakanlah air distilasi yang jika beli di toko kemasan tutupnya berwarna biru. Cairan aki dengan tutup kemasan merah itu untuk menambah keasaman dan hindari menggunakan cairan lain,” kata Bambang.
Bambang memaparkan jika air aki adalah air yang telah disuling. Karena telah melewati pemurnian, air bersih atau bebas dari mineral yang berbahaya. Maka air aki tidak menyebabkan kerusakan di dalam komponen dalam aki.
Sementara itu, air hujan tidak melewati proses pemurnian yang mana berpotensi ada benda atau kandungan lain di dalamnya. Alhasil, jika mengganti air aki dengan air hujan tidaklah aman bagi kinerja aki mobil.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/01/04/184200015/bolehkan-air-hujan-dijadikan-pengganti-cairan-aki-