JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian berencana mengeluarkan kebijakan baru bagi seluruh kendaraan diesel untuk menggunakan teknologi Selective Catalytic Reduction atau SCR.
Hal tersebut dalam upaya mengurangi tingkat emisi CO2 yang dihasilkan dari kendaraan bermotor terkait. Sehingga, penciptaan ekosistem industri otomotif yang hijau dapat berjalan secara optimal.
"Ini sedang dirumuskan oleh Dirjen ILMATE bahwa kami akan mengeluarkan suatu kebijakan untuk kendaraan-kendaraan berbasis Diesel atau berbasis bahan bakar solar," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam konferensi pers, Rabu (29/12/2021).
"Mereka nanti wajib untuk mengaplikasikan teknologi yang disebut dengan SCR,” tambahnya.
Pemilihan teknologi SCR untuk digunakan di kendaraan diesel karena lebih murah dan efisien mengurangi NOX atau nitrogen oksida dari kendaraan.
“Dengan device yang kecil dan tidak mahal, dia (SCR) bisa mengurangi 80 persen dari NOX. Nanti itu diletakkan di muffler (knalpot), jadi memang khusus mesin-mesin berbasis Diesel atau solar,” kata Agus.
Adapun SCR sendiri merupakan sebuah alat yang berfungsi mengontrol emisi gas buang kendaraan bermesin diesel melalui sebuah alat katalis yang akan bertugas mereduksi NOX yang berasal dari hasil pembakaran mesin diesel.
Untuk mereduksi NOX tersebut, SCR akan mengandalkan sebuah cairan khusus yang disebut DEF atau Diesel Exhaust Fluid.
Cairan itu selanjutnya akan berubah jadi amonia yang selanjutnya akan bekerja memecah nitrogen oksida menjadi nitrogen, air, dan karbondioksida.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/12/30/193100915/tekan-emisi-menperin-wajibkan-mobil-diesel-pakai-teknologi-scr