Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Begini Sejarah Sirkuit Sentul yang Tahun Depan Bakal Ganti Nama

JAKARTA, KOMPAS.com – Nama Sirkuit Sentul kembali mencuat setelah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengeluarkan wacana untuk rencana renovasi dan revitalisasi Sirkuit Sentul di Bogor, Jawa Barat, pada 2022.

“Tahun depan, di sini akan rebound dan didesain ulang menjadi salah satu sirkuit terbaik dunia, West Java International Circuit,” ujar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dikutip dari Antara, Rabu (15/12/2021).

Rencana ini disambut baik oleh Tinton Soeprapto, Komisaris Sentul International Circuit. Menurutnya, renovasi sirkuit bakal dimulai tahun depan dan rencananya sudah bisa digunakan pada pertengahan 2022.

“Targetnya bulan Agustus 2022 sudah dapat pengakuan FIA dan FIM, balapannya tahun 2023. Kami bikin untuk Le Mans, ada Sean Gelael. Itu sudah (balap) internasional,” ucap Tinton, kepada Kompas.com (15/12/2021).

“Juga ada balapan GP3, yang dulu pernah ada di Macau. Terus ada TCR (Touring Car Race), waktu itu sudah ada kontrak dengan Hyundai. Bisa menyelenggarakan juga MXGP atau kejuaraan dunia motocross,” kata dia.

Untuk diketahui, dalam sejarahnya, Sentul International Circuit adalah sirkuit permanen untuk balapan sepeda motor dan mobil. Sirkuit ini terletak di Babakan Madang, Bogor, tak jauh dari Tol Jagorawi.

Pembangunannya dimulai pada 1990, dipimpin oleh putra Presiden RI saat itu, Soeharto, Hutomo Mandala Putra. Pada 1993, Sentul pun resmi dibuka oleh Soeharto.

Desain Sentul saat ini sebenarnya versi terpotong dari desain asli yang sempat direncanakan. Rangkaian saat ini, dipotong 40 persen dibandingkan dengan desain asli.

Sentul awalnya ditujukan untuk balapan sepeda motor dan F3 Seri Asia. Sentul terletak di Kabupaten Bogor, dengan kontur daerah berbukit dan sedikit lebih dingin dari kota tropis Jakarta.

Namun, trek masih bisa sangat panas dan lembab di bawah sinar matahari langsung. Karakteristik ini menyulitkan para pebalap Eropa yang terbiasa dengan iklim dingin.

Karakter sirkuit Sentul adalah trek yang halus dan luas tapi relatif sederhana. Total panjang trek 4,12 km dengan menyuguhkan 11 tikungan. Trek dibuat non-bergelombang guna mendapatkan kecepatan tertinggi saat balapan.

Sentul memiliki 900 meter trek lurus utama yang memungkinkan kecepatan mencapai angka 300 kpj, sebelum melambat bertemu dengan tikungan pertama (Turn 1) ke kanan. Satu-satunya sudut tercepat di Sentul ada di Turn 2.

Pebalap mobil bisa melibas tikungan ini pada kecepatan 220 kpj, sedangkan motor mencapai 190 kpj. Para pebalap bisa memanfaatkan tikungan kedua untuk mendapatkan kecepatan, dengan sudut lebar yang memungkinkan menyalip dari berbagai jalur balap.

Awal pengembangan, Sentul International Circuit dimaksudkan untuk menjadi sirkuit Formula 1 dan Grand Prix Indonesia.

Pada awal pembukaan, langsung diadakan seri Formula Holden sebagai demonstrasi. Namun, sudutnya dianggap terlalu ketat dan pendek dan dirasa tidak cocok untuk karakter F1.

Kejayaan Sentul terasa di 1996 dan 1997, dimana Indonesia terpilih sebagai penyelenggara MotoGP. Rider asal Australia, Michael Doohan menjadi juara di kelas utama 500cc, disusul Tetsuya Harada jadi juara di kelas 250 cc dan Masaki Tokudome juara di kelas 125 cc.

Setahun berikutnya giliran rider asal Jepang Tadayuki Okada juara di kelas 500 cc, Max Biaggi juara di kelas 250 cc dan legenda hidup MotoGP, Valentino Rossi menyabet gelar juara di kelas 125 cc.

Sayang, ada efek domino dari Krisis Keuangan Asia pada 1997 yang memperburuk situasi dan membuat dunia balap Indonesia mengalami kendala.

Sentul juga dibayang-bayangi oleh Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia yang dibuka pada 1999. Sepang menawarkan layout trek dan fasilitas yang lebih unggul dibandingkan Sentul.

Kini dengan kemunculan Sirkuit Mandalika, Sirkuit Sentul ingin berbenah agar bisa kembali melangsungkan balap internasional.

https://otomotif.kompas.com/read/2021/12/15/190200115/begini-sejarah-sirkuit-sentul-yang-tahun-depan-bakal-ganti-nama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke