JAKARTA, KOMPAS.com - Toyota Motor Corporation (TMC) memastikan diri untuk ikut meramaikan industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai alias battery electric vehicle (BEV) dunia. Tak tanggung-tanggung, investasi senilai 8 triliun yen sudah disiapkan.
Merek otomotif terbesar di Jepang ini, menargetkan bisa menjual 3,5 juta unit BEV pada 2030 mendatang. Target terkait meningkat signifikan, dari 2 juta unit yang disampaikan September 2021 lalu.
Chief Executive TMC Akio Toyoda pada konferensi virtual, Selasa (14/12/2021), mengatakan, banyak yang masih skeptis terhadap Toyota karena dianggap tidak serius jualan mobil listrik.
Pasalnya, setiap tahun Toyota menjual 10 juta unit mobil di seluruh dunia, dan target jualan BEV yang disebutkan hanya sepertiganya.
Namun, Akio menyatakan, sejatinya target 3,5 juta unit penjualan mobil listrik itu merupakan angka yang besar bagi pasar BEV. Tapi, fokus utama Toyota, lanjut dia, adalah menjaga agar pilihan tetap terjaga bagi konsumen di seluruh dunia.
Akio mengatakan, Toyota tidak mau memaksakan konsumen atau masyarakat untuk membeli mobil listrik ketika kondisi lingkungannya tak mendukung.
“Dengan cara ini kita bisa tetap menjaga daya saing dan menciptakan kebutuhan bagi konsumen, serta tetap bisa bertahan,” ucap dia.
Secara garis besar, kata Akio, target Toyota adalah mengurangi karbon sebanyak dan secepat mungkin. Namun, manusia yang hidup di daerah yang beragam, membuat sulit untuk bisa memenuhi semua kebutuhan karena punya kondisi yang berbeda.
“Kami punya dua model (utama untuk strategi ini), pertama, kendaraan pengurang kabon (reduce carbon vehicle). Kedua, kendaraan karbon netral (BEV),” kata Akio.
Teknologi Beragam
Toyota Chief Engineer Officer, Masahiko Maeda menjelaskan bahwa dari total rencana investasi perusahaan, sebanyak 4 triliun yen akan disalurkan pada pengembangan teknologi baterai dan produk-produk BEV.
Sisanya, sekitar 4 triliun yen alias 35 miliar dollar AS dialihkan pada pengembangan model baru berteknollgi Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-In Hybird Electric Vehicle (PHEV), dan Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV).
Maeda menjelaskan, diversifikasi teknologi dibutuhkan oleh perusahaan otomotif selevel Toyota agar bisa memenuhi seluruh kebutuhan mobilitas di dunia dengan kondisi yang beragam.
"Kebutuhan suatu kendaraan listrik berbeda-beda tiap wilayah, tergantung pada infrastruktur, karakteristik pengguna, sampai kebijakan otomotif lainnya. Jadi, penting untuk menghadirkan banyak pilihan produk untuk bisa mereka pilih sesuai kondisi masing-masing," kata Maeda.
Bahkan di Amerika Serikat (AS), meski telah menjadi pasar mobil listrik terbesar di dunia, tiap daerah memiliki karakteristik konsumen yang berbeda. Misalnya, kondisi di west cost dan mid coast, itu berbeda sekali menciptakan lingkungan yang baik untuk mobil listrik.
Kota besar di West Coast seperti California, telah tersedia banyak infrastruktur untuk medukung terciptanya ekosistem BEV. Selain itu pemerintah lokal juga menyiapkan insentif menarik bagi pengguna mobil listrik. Sementara di mid west, sama sekali berbeda kondisinya.
Maeda melanjutkan, kasus di Brazil misalnya, bahan bakar bioethanol berhasil dikomersialkan karena terbukti menjadi solusi ekonomis dalam menurunkan emisi gas buang. Harga bahan bakar teknologi flexy engine ini jauh lebih murah dari bensin karena pasokannya melimpah.
"Maka, kendaraan seperti itu yang dibutuhkan mereka. Melihat kondisi yang beragam ini, kita tidak ingin memaksa konsumen untuk beralih menggunakan kendaraan listrik berbasis baterai karena mungkin juga mereka tak akan membeli dan menggunakannya," ujar dia.
"Sehingga, total line-up atau diversifikasi teknologi menjadi strategi kami untuk menciptakan era kendaraan rendah emisi yang tepat," lanjut Maeda.
Dalam kesempatan sama, ia juga menyinggung soal Norwegia yang memang memiliki pasar BEV terbesar hingga mencapai 70 persen saat ini. Pencapaian terkait tidak lepas dari hadirnya dukungan penuh pemerintah, baik pada instrumen perpajakan, non-pajak, serta infrastruktur.
Namun tidak semua negara bisa ikut menerapkan hal serupa karena berbagai kondisi yang sungguh berbeda, seperti ketersediaan energi, cuaca, populasi, sampai aturan-aturan lain.
"Lagipula, total jumlah penjualan mobil di sana masih relatif kecil dibandingkan negara Eropa lain. Jadi seperti yang saya katakan sebelumnya, strategi diversifikasi jadi penting supaya gerak perusahaan fleksibel dalam menangkap perbedaan yang ada," ucap Maeda lagi.
Lewat komitmen yang akan dilaksanakan pada periode 2022-2030 itu pula, nantinya akan hadir 30 model BEV ditambah model lain berteknologi Hybrid, PHEV, dan Fuel Cell dari Toyota dan Lexus.
Menariknya, model dari mobil listrik dimaksud tidak hanya kendaraan yang sudah pernah ada sebelumnya di pasar. Toyota juga bakal menghadirkan line-up baru seperti bZ-series atau Beyond Zero. Merek turunan ini bakal fokus bersaing di segmen mobil listrik murni alias BEV.
Toyota BEV
Saat ini, beberapa produk yang sudah resmi tergabung dalam segmen terkait ialah Bz4X, Bz Compact SUV, BZ Small Crossover, BZ sedan, dan BZ Large SUV.
"Pada 14 Desember, perusahaan meluncurkan model BEV15 merek Toyota Lexus yang sedang dikembangkan, selain BEV bZ4X yang dijadwalkan akan dirilis pada 2022," ucap Akio.
Pada 2030, Toyota juga menargetkan penjualan tahunan di segmen BEV sebesar 3,5 juta unit, atau sekitar sepertiga dari penjualan kendaraan saat ini. Target ini juga meningkat signifikan, dari 2,5 juta unit yang disampaikan September 2021 lalu.
Khusus untuk Lexus, pada periode yang sama hanya akan menjual mobil listrik di pasar Eropa, Amerika Utara, dan China. Lalu lima tahun kemudian tidak akan ada mobil konvensional baru yang dipasarkan dari Lexus.
"Kami ingin membantu mewujudkan dunia seperti itu. Sehingga, kami ingin mengurangi atau menekan emisi CO2 dari kendaraan sebesar mungkin dan secepat mungkin," kata dia.
Perihal baterai kendaraan listrik, lanjut Akio, akan dibangun pabrik khusus di North Carolina yang mana memakan biaya hingga 1,3 miliar dollar AS. Pabrik itu akan beroperasi untuk pertama kalinya di 2025 dengan total kapasitas produksi mencapai 800.000 kendaraan per tahun.
“North Carolina menawarkan kondisi yang tepat termasuk infrastruktur, sistem pendidikan berkualitas tinggi, akses ke tenaga kerja yang beragam dan terampil, dan lingkungan yang ramah untuk melakukan bisnis,” ujar Ted Ogawa, CEO Toyota Motor Amerika Utara.
Pabrik ini sepenuhnya didukung oleh energi terbarukan sebagai bagian dari komitmen Toyota untuk menjadi perusahaan ramah lingkungan.
Kapasitas produksi baterai di Toyota Battery Manufacturing North Carolina juga nantinya bisa ditingkatkan untuk 1,2 juta kendaraan per tahun, sehingga diperkirakan mampu menyerap 1.750 lapangan kerja baru.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/12/15/092200915/jurus-selamat-toyota-pada-era-mobil-listrik-dunia