JAKARTA, KOMPAS.com - MotoGP 2021 menjadi musim yang akan sangat dikenang para pencinta balap motor. Salah satunya adalah karena kasus yang terjadi antara Maverick Vinales dengan Yamaha.
Vinales bergabung dengan Yamaha sejak musim 2017. Selama lima musim tersebut, Vinales hanya meraih 24 podium dengan delapan kemenangan di antaranya.
Mengaku frustrasi atas hasil buruk yang didapatnya belakangan ini, Vinales pun melakukan suatu tindakan yang dianggap oleh Yamaha membahayakan.
Saat MotoGP Styria, Vinales mengegas motornya dengan cara yang tak lazim. Menurut Yamaha, tindakan tersebut dapat merusak motor dan berpotensi membuat mesin jebol hingga menumpahkan oli, yang dapat mencelakai pebalap lain.
Akhirnya, Yamaha terpaksa menskors Vinales pada MotoGP Styria. Lalu, tidak sampai satu pekan, Yamaha memutuskan untuk memecat Vinales di pertengahan musim. Padahal, di seri sebelumnya pada MotoGP Belanda, Vinales naik podium dengan finis di posisi kedua.
Managing Director Yamaha Motor Racing Lin Jarvis mengatakan, kejadian paling sulit dan paling membuat stres adalah kasus Vinales.
"Sebab, itu adalah insiden yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Selama saya di Yamaha, saya tidak pernah melihat pebalap pabrikan dihukum oleh keputusan pabrikan," ujar Lin Jarvis, dikutip dari Speedweek.com, Senin (13/12/2021).
Lin Jarvis menambahkan, Yamaha tidak memiliki pilihan lain selain mengambil keputusan tersebut. Namun, proses tersebut memiliki konsekuensi yang besar. Kejadian tersebut memicu reaksi berantai.
"Sangat penting untuk bisa menguasai situasi ini secara profesional dan tenang. Sebab, hubungan dengan tim juga terdampak, dengan para sponsor, dengan para pebalap, dan para pebalap pengganti," kata Lin Jarvis.
Lin Jarvis mengatakan, dampak dari insiden tersebut menciptakan efek domino yang belum pernah dialami oleh Yamaha. Namun, semuanya berhasil ditangani dengan baik.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/12/14/094200315/bos-yamaha-motogp-ungkap-insiden-di-balik-pemecatan-vinales