JAKARTA, KOMPAS.com - Rentetan kasus kecelakaan yang dialami bus transjakarta membuat Komite Nasional Keselamatan Indonesia (KNKT), turut mendalami dengan melakukan investigasi untuk mencari akar masalah serta solusi agar kejadian serupa tak terulang.
Ketika menanyakan update terkait temuan-temuan yang sudah dilakukan, Senior Investigator KNKT (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan, sejauh ini prosesnya masih terus berjalan, dan nanti jelang akhir bulan semua temuan yang telah dikumpulkan akan diumumkan.
"Kita selama dua hari ini sudah melakukan opening meeting dan intensive discussions dengan Transjakarta. Saya memastikan dan memeriksa bagaimana kelaikan kendaraan, kepastian awak, melakukan route hazard mapping, sampai masalah organisasi dan manajemennya," ucap Wildan saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (11/12/2021).
Dari pemeriksaan awal tersebut, sejauh ini menurut Wildan hasilnya sudah sangat progresif. Dalam beberapa hari, proses persentasenya sudah mendekati 80 persen.
Terkait soal pemeriksaan yang dilakukan, KNKT juga melakukan evaluasi soal Sistem Manajemen Keselamatan (SMK). Menurut Wildan, sejauh ini Transjakarta sudah menerapkan SMK, namun apakah hal tersebut sudah berjalan dengan baik, itu yang sedang didalami.
Meski masih enggan untuk menyebutkan terkait indikasi atau temuan awalnya, Wildan mengatakan dari hasil yang akan disajikan nanti, Transjakarta bakal melakukan
"Jadi tinggal sekali lagi, bila sudah lengkap nanti akan ditindaklanjuti dengan validasi dan verifikasi yang kita mulai dari Senin sampai Kamis (13-16/12/2021). Nanti tanggal 21 Desember 2021 kita akan floor-kan hasil temuan kita seperti apa ke semua pihak, termasuk Gubernur," ujar Wildan.
Pada kesempatan berbeda, Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono mengatkan, sudah mendapatkan beberapa keterangan awal berdasarkan keluhan para awal sopir transjakarta yang mengantuk ketika melakukan pekerjaannya.
Menariknya, hal tersebut dikarenakan faktor eksternal, yakni soal dimensi jalur ruas busway yang dianggap terlalu sempit sehingga membuat para sopir membutuhkan konsentrasi lebih tinggi dibanding pengendara bus lainnya.
"Pengemudi keluhan mereka ngantuk, kenapa ngantuk? Ternyata mereka berjalan di koridor yang sempit, itu memerlukan konsenterasi yang lebih daripada bus yang berjalan di jalan biasa. Atau harus lebih fokus daripada yang lain, menyebabkan kelelahan yang cukup signifikan kepada pengemudi," ucap Soerjanto dikutip dari Megapolitan.Kompas.com, Jumat (10/12/2021).
https://otomotif.kompas.com/read/2021/12/13/094200615/pekan-depan-knkt-ungkap-temuan-soal-kecelakaan-bus-transjakarta